SOLOPOS.COM - Ramainya Sunday Market, Manahan, Solo, Minggu (5/7/2015). (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

PKL Solo di Sunday Market Manahan masih sering meninggalkan sampah seusai berjualan.

Solopos.com, SOLO — Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) Sunday Market Manahan geram dengan ulah sejumlah pedagang yang hobi buang sampah sembarangan setelah berjualan. Paguyuban mengancam akan menarik kartu tanda anggota (KTA) PKL jika yang bersangkutan ngeyel meninggalkan sampah di sembarang tempat.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pantauan Solopos.com, Minggu (3/1/2016), problem kebersihan di kawasan Stadion Manahan, lokasi Sunday Market, sudah cukup parah. Sampah plastik, bekas makanan hingga selebaran bertebaran di sepanjang jalan maupun saluran air. Sampah juga beterbangan saat diterpa angin. Imbauan paguyuban agar pedagang memasukkan sampah pada kantung plastik seolah tak diindahkan.

“Sebenarnya kami sudah mendorong agar PKL mengumpulkan sampah jualannya sendiri, nanti petugas yang mengambil. Namun sampai sekarang juga belum sepenuhnya dilaksanakan,” keluh Ketua Paguyuban PKL, Jhonny Jondari.

Jhonny mengatakan banyaknya sampah yang bertebaran setelah Sunday Market Manahan dapat menurunkan citra Stadion Manahan sebagai gelanggang olahraga. Tak jarang ia mendapat keluhan dari warga yang memakai stadion untuk lari-lari dan olahraga lain. “Mulai tahun ini kami akan tegas. Kalau tidak bisa diperingatkan sekali dua kali, KTA-nya akan kami minta,” ujarnya.

Lebih jauh paguyuban menyoroti perilaku pembeli dan perusahaan yang beraktivitas di Sunday Market. Menurut Jhonny, warga masih sering membuang sampah bekas makanan di sembarang tempat. Penyebaran brosur dari perusahaan juga menambah volume sampah. Jhonny mengatakan per hari ini, paguyuban kembali mengeluarkan surat edaran untuk menekankan pentingnya menjaga kebersihan Sunday Market. “Perlu kesadaran semua pihak untuk merawat Manahan.”

Seorang pedagang kuliner, Sri, 60, menyebut sampah sulit dipisahkan dari kegiatan Sunday Market Manahan. Dia menilai meningkatnya jumlah PKL turut menambah volume sampah. Saat ini ada 1.100 pedagang yang terdaftar di paguyuban. “Lima tahun lalu belum sebanyak ini. Sekarang setiap jengkal lahan ada PKL,” kata dia.

Pedagang makanan lain, Jono, 32, mengakui kesadaran PKL untuk menjaga kebersihan masih kurang. Dia menyebut paguyuban kadang mengajak pedagang untuk kerja bakti membersihkan lokasi jualan. “Faktanya hanya sedikit PKL yang datang.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya