SOLOPOS.COM - Pedagang melayani pembeli di kios sebelah barat Masjid Agung Solo, Senin (30/5/2016). Kios dan lapak di tepi Jl. Hasyim Ashari tersebut rencannya dibongkar DPP Solo. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

PKL Solo, pedagang di barat tembok Masjid Agung bertahan sebelum ada sosialisasi dari Pemkot.

Solopos.com, SOLO–Puluhan pedagang yang menempati kios dan lapak di sebelah barat Masjid Agung Solo memilih bertahan meski Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo telah mendata identitas mereka.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu pedagang, Lasrianto, 37, memilih tetap berjualan di kios sebelah barat Masjid Agung karena belum mendapat kepastian resmi dari DPP. Dia mengaku telah menerima informasi soal rencana pembongkaran kios dan lapak di sebalah barat Masjid Agung dari petugas DPP saat mendata identitas pedagang, Selasa (24/5/2016). Namun, dia menyakini, keputusan tersebut masih belum final.

“Kami tetap berjualan seperti biasanya. Saya melihat semua kios dan lapak juga masih buka seperti hari-hari sebelum pendataan pedagang. Saya pribadi memilih tetap berjualan karena DPP belum benar-benar memberikan sosialisasi, apakah kios dan lapak di sebelah barat Masjid Agung ini akan dibongkar atau tidak?” kata Lasrianto kepada Solopos.com di kiosnya, Senin (30/5/2016).

Diberitakan sebelumnya, DPP tidak menampik pendataan pedagang by name by address tersebut sebagai langkah awal dari rencana DPP untuk membongkar puluhan kios dan lapak yang menempel di pagar tembok Masjid Agung. Selain mendukung program restorasi Masjid Agung, DPP perlu membongkar kios di Jl. Hasyim Ashari itu karena  mengganggu ketertiban umum.

Lasrianto meminta DPP segera mengadakam sosialisasi guna membahas status kios dan lapak di sebelah barat Masjid Agung. Menurut dia, banyak juga pedagang yang cukup cemas atau gelisah setelah didata petugas DPP. Para pedagang tidak ingin dipindah untuk berjualan ke tempat lain. Lastianto berharap Pemkot Solo mengizinkan pedagang menggunakan kios dan lapak di barat Masjid Agung.

“Kalau bisa memilih, kami jelas ingin tetap bertahan di sini. Kami sudah punya pelanggan. Bahkan pendapatan kami 80% tergantung pada mereka [pelanggan]. Kami takut kehilangan pelanggan apabila sampai dipindah ke tempat lain. Lagi pula kalau alasannya di sini macet, itu hanya terjadi pada setiap Senin dan Kamis karena hari pasaran di Pasar Klewer sejak dulu,” jelas Lasrianto.

Seandainya kios dan lapak di sebelah barat Masjid Agung tetap akan dibongkar, Lasrianto berharap, DPP menyediakan tempat relokasi yang layak terlebih dahulu untuk para pedagang. Dia ingin pedagang mendapatkan jatah los di Pasar Klewer nantinya. Lasrianto menilai, Pasar Klewer merupakan pasar yang paling sesuai untuk ditempati para pedagang di sebalah barat Masjid Agung karena identik dengan pusat tekstil dan pakaian.

Berdasarkan hasil pendataan DPP Solo, Herymul, membeberkan terdapat 47 pedagang berjualan di 43 kios dan 4 lapak di sebelah barat Masjid Agung. Menurut dia, 34 pedagang berjualan pakaian, tujuh pedagang membuka warung makan, tiga orang membuka jasa servis jam, dua orang menjual jasa servis perhiasan emas, dan satu orang membuka layanan tambal ban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya