SOLOPOS.COM - Pedagang kaki lima (PKL) mendorong gerobak saat mengikuti kirab Boyongan PKL Citywalk di Jl. Slamet Riyadi, Solo, Jumat (1/4/2016). Kirab boyongan tersebut diikuti 54 PKL yang direlokasi dari citywalk, Jl. Slamet Riyadi ke kawasan sisi selatan dan timur Stadion Sriwedari. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

PKL Solo, PKL gerobak kuning rela membayar asal bisa mendapat lokasi strategis.

Solopos.com, SOLO–Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) gerobak kuning rela membayar uang banyak asal bisa berjualan di tempat yang dinilai strategis.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah satu PKL, Ida, 46, rela mengeluarkan uang Rp25.000 per hari agar bisa berjualan di tepi jalan raya sekaligus dekat dengan pusat keramaian, yakni di utara Pasar Penumping, Laweyan. Menurut dia, jumlah uang yang dikeluarkannya tersebut kini sebanding dengan pendapatan yang diterima. Ida yang ogah menyebut nama lengkapnya tersebut tidak mau asal memilih tempat karena takut merugi.

“Awalnya saya ikut arahan Pemkot untuk berjualan di selatan Stadion Sriwedari. Selama berjualan di sana, omzet turun drastis. Saya bertahan hanya dua bulan di Sriwedari sebelum pindah ke Penumping. Beruntung saya dapat tempat berjualan di tepi jalan dan dekat pasar. Saya sempat bingung mau pindah ke mana. Saya tidak mau asal pindah waktu itu,” kata Ida kepada Solopos.com di lapaknya, Senin (5/9/2016) pagi.

Meski telah berjualan di tempat yang cukup banyak didatangi pembeli, Ida berharap tetap bisa berjualan di city walk Jl. Slamet Riyadi. Dia menceritakan saat berjualan makanan di city walk Jl. Slamet Riyadi bisa mengantongi omzet sampai Rp900.000 per hari. Nilai omzet tersebut jatuh berlipat kali menjadi Rp100.000 per hari saat berjualan di selatan Stadion Sriwedari.

“Sekarang banyak pedagang yang tidak sanggup lagi berjualan setelah dilarang memarkir gerobak di city walk. Hanya beberapa pedagang yang bertahan. Seandainya bisa memilih, saya yakin semua pedagang akan bilang ingin kembali berjualan di city walk. Namun, apa pemerintah memperbolehkan? Mereka mau menempatkan kami di selatan Stadion,” ujar Ida.

Diainggung soal ketersediaan selter bagi PKL Gerobak Kuning yang rencannya dibangun di selatan Stadion Sriwedati, Ida mengaku, bersedia menempati. Menurut dia, asal selter diperuntukan gratis, PKL bakal memanfaatkannya. Ida berharap Pemkot bukan hanya membangun selter, melainkan menata kawasan di selatan Stadion Sriwedari secara utuh menjadi sentra kuliner.

“Tidak cukup kalau hanya ada selter. Pemerintah bisa sekalian membuat taman untuk menarik minat masyarakat datang. Kami juga siap untuk promosi ke pelanggan. Saya sendiri mau pindah kalau di sana sudah tertata. Lagi pula di sini [Penumping] saya harus membayar uang banyak. Lebih baik gratis,” tutur Ida.

PKL lainnya, Tri Haryono, juga berharap Pemkot segera merealisasikan pembangunan selter di selatan Stadion Sriwedari. Menurut dia, PKL kewalahan harus membayar uang banyak apabila ingin berjualan di tempat strategis. Tri menilai realisasi pembangunan selter dan penataan kawasan di selatan Stadion Sriwedari begitu dinantikan para PKL.

“PKL harus bayar uang banyak kalau mau berjualan di tempat ramai. Karena hal itu, saya lebih memilih untuk berjualan dengan berkeliling. Saya pindah-pindah tempat. Pendapatan masih belum stabil. PKL menunggu pembangunan sekter di Sriwedari,” kata Tri kepada Solopos.com saat berjualan di tepi Jl. Kebangkitan Nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya