SOLOPOS.COM - Kios-kios di sisi timur Plasa Klaten selama 24 tahun terakhir dimanfaatkan untuk berjualan konveksi para pedagang. Foto diambil Senin (22/1/2018). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Plasa Klate diharapkan tetap menjadi pusat perbelanjaan.

Solopos.com, KLATEN — Bangunan Plasa Klaten menjulang tinggi di antara kompleks pertokoan di tepi Jl. Pemuda, Kecamatan Klaten Tengah. Sebanyak 37 kios mengelilingi pusat perbelanjaan itu. Jumlah total pedagang yang berjualan di kios-kios sekitar 23 orang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Di sisi timur, mayoritas kios dimanfaatkan pedagang berjualan konveksi. Sementara, di sisi barat kios-kios dimanfaatkan untuk penjualan sepatu, ponsel, hingga kantor cabang perbankan.

Di bagian dalam bangunan, Plasa Klaten ditempati salah satu perusahaan ritel di Indonesia, Matahari Departmen Store. Eskalator yang saling menyilang menjadi penghubung antarlantai mengantarkan pengunjung berbelanja atau sekadar menongkrong.

Sekitar 24 tahun terakhir kawasan itu menjadi pusat perbelanjaan di Kabupaten Bersinar. Kawasan itu berada tepi simpang lima serta berjarak hanya sekitar 240 meter dari titik nol kilometer Klaten.

Pada 22 April 2018, kontrak hak guna bangunan (HGB) Plasa Klaten berakhir. Kontrak HGB itu dimiliki PT Inti Griya Prima Sakti (IGPS). Pedagang yang menempati kios serta manajemen Matahari pun sudah mengetahui kabar tentang berakhirnya kontrak HGB pada April mendatang. Namun, mereka masih bertanya-tanya soal kepastian nasib seusai kontrak habis.

Pengendara melintasi depan Plasa Klaten, Jl. Pemuda, Klaten Tengah, Selasa (2/1/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Pengendara melintasi depan Plasa Klaten, Jl. Pemuda, Klaten Tengah, Selasa (2/1/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Salah satu pedagang kios di kawasan Plasa Klaten, Sri Sunarti, 56, mengaku sudah menerima surat pemberitahuan soal habisnya masa kontrak HGB pengelolaan Plasa Klaten.

“Soal kedepannya bagaimana belum tahu. Harapan saya ya tetap bisa berjualan di sini. Tidak perlu cari tempat baru, tidak perlu pindahan,” kata wanita yang meneruskan usaha reparasi jam milik almarhum suaminya itu saat ditemui , Senin (22/1/2018).

Harapan agar tetap bisa menjalankan usaha di Plasa Klaten disampaikan manajemen Matahari Departmen Store. “Harapannya ya kerja sama berlanjut. Kalau sebelumnya dengan pihak pengembang, selanjutnya dengan pemkab,” kata Asisten Manajer Matahari Klaten, Danudi.

Danudi mengatakan Matahari mengawali operasi di Klaten pada 1994. Saat ini, ada sekitar 200 karyawan yang bekerja di salah satu perusahaan ritel di Indonesia itu. Dari empat lantai, dua lantai dimanfaatkan untuk pusat perbelanjaan serta arena permainan.

Soal jumlah pengunjung yang datang ke Matahari Klaten, Danu menuturkan sekitar 2.000-3.000 orang/hari. Jumlah itu meningkat ketika akhir pekan apalagi menjelang momentum hari raya seperti Idul Fitri. “Jumlah kunjungannya bisa naik dua kali lipat,” urai dia.

Salah satu juru parkir (jukir) yang bertahun-tahun beroperasi di seberang Plasa Klaten, Joko, juga mengaku sudah mendengar kabar tentang berakhirnya kontrak HGB Plasa Klaten. Ia pun masih mengingat ketika kali pertama plasa itu dioperasikan pada 1990an.

“Kondisinya ramai sekali. Jalur lambat dan jalur cepat itu penuh dengan kendaraan parkir. Kondisi itu terjadi dalam waktu cukup lama. Ya sekitar setahun,” kata pria asal Desa Kwaren, Kecamatan Ngawen, Klaten, itu.

Joko menuturkan saat itu Plasa Klaten menjadi satu-satunya pusat perbelanjaan yang memiliki tangga berjalan atau eskalator. Eskalator itu juga yang menjadi daya tarik warga berdatangan. “Saat itu baru pertama ada bangunan dengan eskalator. Kalau saya waktu itu sering mengantar keponakan-keponakan datang. Ya kalau harapannya tetap menjadi pusat perbelanjaan setelah kontrak habis,” katanya.

Plt. Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Klaten, Abdul Mursyid, mengatakan pemkab masih melakukan pembahasan soal kelanjutan Plasa Klaten setelah kontrak HGB yang dimiliki PT. Inti Griya Prima Sejahtera berakhir pada 22 April mendatang.

“Baru akan dirapatkan dengan pengelola. Soal nanti seperti apa itu tergantung keputusan dari bupati. Kami hanya penganlisis, melakukan kajian, dan tentu akan kami rapatkan dengan pengelola, Matahari, termasuk perwakilan pedagang. Namun, keputusan tetap berada di bupati,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya