Soloraya
Sabtu, 8 Desember 2012 - 02:30 WIB

POLEMIK AIR SOLO-KLATEN: Petani Delanggu dan Juwiring Bereaksi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

KLATEN — Sengketa air bersih dari Umbul sumber mata air Ngingas, Cokro, Tulung antara Solo dan Klaten memicu reaksi sejumlah petani pengguna air di kawasan Delanggu dan Juwiring, Klaten. Sebagian petani di Juwiring tak setuju wacana penutupan saluran air ke Solo yang diambil dari Cokro.

Di sisi lain salah seorang petani di Delanggu setuju penyetopan pengaliran air ke Solo, untuk dimanfaatkan warga Cokro. “Kalau air yang mengalir ke Solo ditutup total. Saya khawatir akan terjadi gejolak berkepanjangan. Sebab kalau saluran ke Solo ditutup bisa-bisa mengacaukan suasana. Karena di sana banyak kepentingan yang membutuhkan air itu,” terang Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air Kecamatab Juwiring, Martono, Jumat (7/12/2012).

Advertisement

Sebelumnya, ancaman Bupati Klaten, Sunarna yang akan menghentikan pasokan air Cokro ke PDAM Solo, membuat Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo (Rudy), bereaksi keras. Rudy menyebutkan pernyataan Sunarna tersebut bisa dimejahijaukan. Rudy mengatakan sikap Sunarna tersebut sudah melanggar sumpah-janji jabatan yang harus melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 terutama Pasal 33.

“Kalau Bupati Klaten itu sampai bicara masalah air, itu sudah melanggar janji jabatan yang melaksanakan Pancasila dan UUD 1945. Kalau benar-benar ditutup, ya itu bisa dimejahijaukan,” tegas Rudy saat ditemui wartawan seusai rapat paripurna RAPBD 2013 di Graha Paripurna DPRD Solo, Kamis (6/12/2012).

Lebih lanjut Martono mengatakan setelah sumber mata air di Cokro dimanfaatkan berbagai kebutuhan seperti untuk PDAM Solo yang meningkatkan debit air, perikanan, salah satu produsen air mineral mengeksploitasi sumber mata air di Cokro, nasib sawah di Juwiring berubah 180 derajat. Mayoritas sawah di Juwiring sering kekurangan air untuk irigasi.

Advertisement

Kendati demikian Martono berharap antara Solo dan Klaten bisa duduk bersama mencari solusi terbaik. “Antara Solo dan Klaten sama-sama berkepentingan, untuk itu lebih baik dicari jalan tengah,” papar dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif