Solopos.com, SRAGEN — Polisi menyelidiki kasus teror terhadap tenaga kesehatan di Sragen yang menangani Covid-19. Meski kasus teror ini baru sebatas aduan, belum laporan, polisi langsung bergerak.
Diberitakan sebelumnya, seorang perawat wanita yang menjadi tim tenaga kesehatan penanggulangan dan pencegahan Covid-19 di Puskesmas Kedawung, Sragen, mendapat teror melalui pesan WhatsaApp (WA) dari orang tidak dikenal.
Teror terhadap tenaga kesehatan di Sragen ini mendapat perhatian Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo. Ganjar meminta polisi menindak tegas pelaku peneror.
Tambah 1, Warga Solo Terkonfirmasi Positif Virus Corona Jadi 34 Orang
Tambah 1, Warga Solo Terkonfirmasi Positif Virus Corona Jadi 34 Orang
Kapolsek Kedawung, Iptu Sutomo, mengatakan laporan terkait teror tenaga kesehatan tersebut baru sebatas aduan. Sampai sekarang, perawat berusia 50 tahun itu belum melapor secara resmi terkait teror yang diterimanya.
Kendati begitu, dia menegaskan polisi tidak tinggal diam menyikapi persoalan tersebut. “Aduan itu tetap kami tindak lanjuti. Sekarang kami masih mendalami masalah ini. Kami tengah mengumpulkan keterangan sebanyak-banyaknya. Tahapnya masih penyelidikan,” papar Iptu Sutomo, Minggu (31/5/2020).
Tega Banget! Ini Isi Teror ke Tenaga Kesehatan di Sragen yang Tangani Covid-19
Dalam pesan tersebut, tenaga kesehatan di Sragen dituding ikut berperan dalam menzalimi para santri. Dia mengaku sudah mengantongi identitas perawat tersebut dan orang-orang yang terlibat dalam penanganan Covid-19.
Peneror menyebut bahwa tenaga kesehatan di Sragen tersebut telah melakukan persekusi dan menzalimi mereka.
“Kami punya cara sendiri untuk membalas. Atos-atos njeh Bu [Hati-hati ya Bu]. Orang yang zalim pasti binasa. Kalau gak sekarang berarti besok atau lusa. Hati-hati dengan kehidupan Anda. Anda jual kami beli,” tulis dia dalam pesan WA itu.
Tenaga Kesehatan di Sragen Diintimidasi, Ganjar Minta Polisi Tindak Pelaku
Kepala Puskesmas Kedawung, dr. Windu Nugroho, menyesalkan masih ada pihak yang salah paham terkait Covid-19. Adanya teror kepada tenaga kesehatan itu membuktikan masyarakat belum memiliki pemahaman yang tepat terkait pandemi Covid-19.
“Mungkin orang itu merasa dia dan teman-temannya mendapat stigma buruk dari warga. Warga jadi takut dan menjauhi kelompok mereka. Padahal, kami sudah keliling ke desa-desa untuk sosialisasi. Saya selalu menekankan Covid-19 itu bukan penyakit memalukan,” ujar dia.
Ikatan Dokter Anak Minta Belajar dari Rumah Sampai Desember 2020, Ini Alasannya
Windu berharap pengirim pesan teror itu meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Windu menegaskan dirinya tidak akan membawa kasus itu ke jalur hukum.
“Yang penting dia mau membuat surat pernyataan tidak mengulangi itu sudah cukup. Kami tidak mungkin memenjarakan dia,” paparnya.