Soloraya
Kamis, 25 November 2021 - 18:51 WIB

Polres Sukoharjo Diskusi Antiekstrimisme, Eks Teroris Dilibatkan

Candra Mantovani  /  Abu Nadzib  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan berbicara di depan peserta diskusi menanggulangi ekstrimisme di kalangan masyarakat, Kamis (25/11/2021). (Istimewa/ Polres Sukoharjo)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sejumlah tokoh masyarakat, eks napi terorisme dan anggota Polres Sukoharjo berdiskusi melalui kegiatan focus group discussion (FGD) atau diskusi terarah di Mapolres Sukoharjo, Kamis (25/11/2021).

Kegiatan tersebut untuk mencari cara efektif dalam hal pencegahan dan penanggulangan paham ekstrimisme yang mengarah ke aksi terorisme di Sukoharjo.

Advertisement

FGD dihadiri berbagai pihak seperti Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, Pasintel Kodim 0726 Sukoharjo Kapten Inf Kusnandar, Kemenag Kabupaten Sukoharjo H. Muh. Mu’alim, eks napiter Roki Aprisdianto, Lembaga Percik Salatiga Heri Wibowo, Local Coordinator of Breaking Down The walls Program Peace Generation Indonesia 2021 Ninin Karlina, pengurus MUI Kabupaten Sukoharjo, pengurus FKUB, ormas keagamaan NU, Muhammadiyah, LDII dan MTA dan Darul Hasyimi.

Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan masukan dan saran dari sejumlah stakeholder. Dia mengatakan terorisme tidak berkaitan dengan agama melainkan faktor ekonomi, pendidikan, dan pergaulan.

Baca Juga: Terharu, Eks Napi Teroris Sukoharjo Bacakan Ikrar Sumpah Pemuda 

Advertisement

“Terorisme itu tidak berkaitan dengan agama. Jadi jangan dikait-kaitkan. Terorisme gaya baru itu dipelajari melalui internet karena bisa diakses semua orang. Maka masyarakat harus berhati-hati dalam bersosmed. Harapan kami melalui diskusi ini saran dari peserta diskusi bisa ditindaklanjuti Pemkab Sukoharjo,” terang dia.

Kapolres mengimbau orang tua mengawasi pergaulan anak-anak usia remaja dari paham radikalisme. Pasalnya, perekrutan diketahui dimulai dari siswa tingkat SMA lantaran mental yang masih labil.

“Karena itu ilmu merupakan pondasi yang bisa membentengi seseorang dari paham radikalisme. Selain itu, meminimalisasikan kesenjangan sosial dan perbaikan tingkat ekonomi juga sangat penting,” imbuh Kapolres.

Advertisement

Eks Napiter, Roki Aprisdianto, mengatakan terdapat tiga poin utama yang menghalangi terwujudnya toleransi. Tiga aspek tersebut adalah sumbatan sesama agama, sumbatan antaragama serta sumbatan berbangsa dan bernegara.

“Kalau ingin mewujudkan toleransi dan mencegah terjadinya terorisme maka sumbatan itu harus diselesaikan,” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif