Soloraya
Jumat, 14 Oktober 2022 - 07:58 WIB

Poltekpar NHI Bandung Adakan Penelitian di Desa Wisata Sangiran, Ini Hasilnya

Tri Rahayu  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pelaku pengelola Desa Wisata Sangiran duduk satu meja saat mengikuti desiminasi hasil penelitian dan pengabdian masyarakat Poltekpar NHI Bandung di Hotel The Manohara Yogyakarta belum lama ini. (Istimewa/Tangguh Mursita Aji)

Solopos.com, SRAGEN—Potensi pariwisata di desa wisata di Sangiran, Kalijambe, Sragen, belum dimanfaatkan masyarakat karena kurangnya pemahaman pengelola desa wisata dalam mengemas potensi daya tarik wisata.

Akibatnya kegiatan wisatawan di Kawasan Sangiran masih terbatas dan mayoritas pengunjung hanya terpusat di Museum Sangiran.

Advertisement

Hal itu merupakan notulen desiminasi hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) NHI Bandung di desa-desa sekitar kawasan Badan Otorita Borobudur (BOB) yang diadakan di Hotel The Manohara Yogyakarta, 9-12 Oktober 2022 lalu.

Notulen tersebut dibuat Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Muda atau Subkoordinator Promosi dan Atraksi Wisata Bidang Pemasaran Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispora) Sragen, Tangguh Mursita Aji, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (14/10/2022).

Advertisement

Notulen tersebut dibuat Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Muda atau Subkoordinator Promosi dan Atraksi Wisata Bidang Pemasaran Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispora) Sragen, Tangguh Mursita Aji, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga: Dispora Sragen Kenalkan 3 Paket Wisata Sinau Sragen Keren

Aji, sapaan akrabnya, menerangkan Desa Wisata Sangiran Sragen menjadi salah satu desa yang menjadi objek penelitian Kelompok Dosen Tahap 1 dan pengabdian masyarakat.

Advertisement

“Hasil penelitian itu secara umum menemukan potensi wisata, khususnya di Desa Wisata Sangiran belum dimanfaatkan oleh masyarakat karena kurangnya pemahaman dalam mengemas potensi daya tarik wisata. Amenitas di Kawasan Sangiran cukup memadai untuk wisatawan, seperti home stay, warung-warung, tempat ibadah dan lainnya sehingga wisatawan tidak perlu khawatir terkait kebutuhan pokok mereka,” jelas Aji.

Dia melanjutkan sebagai kawasan perlindungan warisan budaya dunia, pembangunan Kawasan Sangiran dan Desa Wisata Sangiran dibatasi oleh kebijakan karena pengembangan pariwisata di kawasan tersebut diarahkan untuk pengembangan skala kecil sampai sedang, khususnya untuk pengembangan pariwisata terbatas.

Baca Juga: Mengenal Museum Purba Miri, Museum Daerah Pertama Pemkab Sragen

Advertisement

Pengemasan program wisata yang belum dilakukan masyarakat atau kelompok sadar wisata (pokdarwis), jelas dia, mengakibatkan kegiatan wisatawan sangat terbatas dan mayoritas wisatawan fokus di Museum Sangiran.

Aji mengatakan keberadaan Museum Sangiran menjadikan sosial ekonomi masyarakat menjadi lebih bervariasi, di antaranya matapencaharian sebagai pengrajin, industri rumah tangga, usaha catering dan rumah makan, suvenir, homestay, dan angkutan.

“Ditinjau dari sudut kelembagaan dalam pengelolaan Desa Wisata Sangiran melibatkan sejumlah pemangku kepentingan, baik pemerintah dan masyarakat. Penelitian dari sudud pandang makanan dan minuman (Food and Beverages) Sangiran belum memiliki makanan khas,” ungkap Aji.

Advertisement

Di sisi lain, Aji menjelaskan sosialisasi Sapta Pesona kepada Pokdarwis Desa Wisata Sangiran sudah pernah dilakukan oleh Dispora Sragen, tetapi kesadaran dan kepedulian terkait pariwisata di Desa Wisata Sangiran masih rendah sehingga penerapan Satpa Pesona di Sangiran belum optimal.

Baca Juga: SangiRUN Night Trail, Cara Antimainstream Eksplorasi Situs Purbakala

Aji mengatakan dari hasil penelitian itu disarankan pemanfaatan potensi daya tarik yang ada dengan cara pengembangan dan penataan agar rapi dan terawat.

“Perlu penyusunan program paket wisata, penyusunan kode etik pelaksanaan kegiatan pariwisata untuk pengunjung dan masyarakat, dan menikmati dan mempelajari kuliner lokal,” katanya.

Dia berharap masukan dari hasil penelitian itu bisa menjadikan Desa Wisata Sangiran lebih baik. Selain itu pendampingan-pendampingan tersebut dapat dilanjutkan ke desa-desa wisata lainnya di Kabupaten Sragen.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif