Soloraya
Minggu, 30 Mei 2021 - 16:15 WIB

Polwan Cantik Polresta Solo Wakili Indonesia dalam Misi Perdamaian PBB, lni Pesan Kapolresta

Ichsan Kholif Rahman  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bripka Eka Diah Paswari saat menjalankan tugas misi perdamaian pertama di Republik Afrika Tengah. (Istimewa/Dok Bripka Eka Diah)

Solopos.com, SOLO — Anggota Satlantas Polresta Solo, Bripka Eka Diah Paswari, 32, mewakili Indonesia dalam misi Minusca yakni misi perdamaian oleh Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB. Bripka Eka Diah bertugas kedua kalinya di negara konflik Republik Afrika Tengah.

Kapolresta Solo, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak, kepada Solopos.com, Minggu (30/5/2021) mengaku bangga, anggota Polresta Solo dapat mewakili Indonesia dalam misi perdamaian dunia oleh PBB. Bripka Eka Diah merupakan salah satu personel terbaik Polresta Solo yang dipercaya untuk menjalankan misi itu.

Advertisement

Ia berharap pengalaman Bripka Eka Diah dapat menjadi bekal dalam mengembangkan cara berpikir untuk mendukung pelaksanaan tugas kepolisian.

Baca Juga: Ruas Tol Jawa Tengah Masuk Uji Coba Transaksi Nirsentuh

Advertisement

Baca Juga: Ruas Tol Jawa Tengah Masuk Uji Coba Transaksi Nirsentuh

“Para anggota Polwan selalu saya tanamkan tiga hal sebagai sosok Bhayangkara sejati. Pertama, cantik dan menawan dalam penampilan. Kedua, perkasa dan satria dalam kinerja. Lalu, gemilang dalam prestasi,” papar dia.

Bripka Eka Diah mengatakan 3 Maret 2019 hingga 28 September 2020 lalu, ia sukses menjalankan misi pertamanya.

Advertisement

Ia menambahkan Bripka Eka dalam tugas perdamaian itu, mendampingi dan memberi pelatihan polisi lokal. Termasuk menjaga keamanan masyarakat dalam armed mission itu.

Pada tahun lalu, Bripka Eka bertugas di Staf Logistik atau Logistic Officer. Ia bertugas mengurus berbagai kebutuhan logistik, transportasi dan teknologi informasi untuk UNPOL. Saat ini ia masih menjalani karantina sebelum memperoleh induction training sebelum penempatan tugas baru.

Meskipun pernah bertugas, induction training itu bersifat sangat wajib untuk memahami kondisi konflik di sana. “Awal kontrak pasti satu tahun dulu di sini. Kalau perpanjangan nanti harus meminta izin dari Mabes Polri,” papar dia.

Advertisement

Menurutnya, situasi di Repbulik Afrika Tengah sangat tidak bisa terprediksi. Beberapa kali ada konflik dari kelompok bersenjata meskipun saat ini cenderung reda. Ia menambahkan jam malam berlaku di lokasi konflik itu. Termasuk ada beberapa lokasi yang dilarang untuk UN Staf.

Baca Juga: 2 Rumah di Masaran dan Jenar Sragen Terbakar

“Adaptasi cuaca cenderung sama dengan Indonesia. Tidak terlalu dingin atau panas. Sehari-hari kami menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa utama dan bahasa Inggris,” papar Bripka Eka.

Advertisement

Ia mengaku meskipun sudah memiliki bekal bahasa Perancis, terkadang bahasa menjadi kendala sendiri. Aksen bahasa Perancis warga Afrika sedikit berbeda.

Menurutnya, singkong dan pisang makanan pokok di Republik Afrika Tengah. Beras cukup sulit ditemukan di sana. Sehingga, harus kreatif untuk mengolah masakan menjadi khas Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif