SOLOPOS.COM - Festival Olahan Makanan dan Minuman Berbahan Susu Sapi di aula Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali yang digelar oleh Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Solo, Rabu (25/1/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Produk makanan dan minuman olahan susu Boyolali menjanjikan keuntungan yang tak bisa dianggap remeh. Keuntungan yang didapat dari penjual produk olahan itu bisa 2-3 kali lipat dibandingkan jika dijual dalam bentuk susu segar.

Sayangnya, saat ini baru sekitar lima persen produksi susu di Kota Susu yang diolah menjadi produk makanan oleh masyarakat. Kepala Dinas Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, melalui Kepala Bidang (Kabid) Usaha Peternakan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Gunawan Andriyanto, menyebutkan susu yang diolah menjadi produk makanan dan minuman masih relatif kecil.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Boyolali kan sentra produksi susu di tingkat Jawa Tengah. Kami nomor satu, mungkin kontribusinya 50-60 persen di Jawa Tengah. Nah, 95 persen susu segarnya itu dijual masyarakat ke industri pengolah susu dan hanya lima persen yang diolah menjadi produk olahan susu oleh masyarakat, jadi masih relatif kecil,” ujarnya kepada Solopos.com, Rabu (25/1/2023).

Hari itu Gunawan menghadiri acara Festival Olahan Makanan dan Minuman Berbahan Susu Sapi di Kantor Kecamatan Tamansari, Boyolali. Festival produk olahan susu di Boyolali tersebut digelar Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Solo.

Gunawan mengungkapkan produksi susu 2022 di Boyolali sebanyak 51.862 ton. Sedangkan di Tamansari, produksi susu mencapai 18.140 ton per tahun dengan produktivitas 12-15 liter per ekor sapi per hari.

Dalam kegiatan tersebut, dihadirkan tim penggerak PKK pengolah makanan dan minuman dari susu, Camat Tamansari, perwakilan dari dinas-dinas terkait, dan lain-lain.

Mendorong Peningkatan Konsumsi Susu

Lebih lanjut, Gunawan menyampaikan Disnakkan Boyolali mendorong kelompok wanita tani dan pelaku usaha mikro kecil dan menengah untuk mengolah susu menjadi berbagai produk makanan dan minuman sehingga meningkatkan nilai tambah produksi susu.

Tak hanya itu, Disnakkan Boyolali juga mendorong untuk peningkatan konsumsi susu melalui produk olahan. Gunawan menyatakan jika susu hanya dikonsumsi dalam bentuk susu segar lama-lama akan muncul kebosanan.

Sehingga, lanjut dia, dibutuhkan berbagai macam produk olahan susu untuk meningkatkan konsumsi susu masyarakat Boyolali baik secara langsung maupun dikonsumsi tidak langsung.

“Jika dibandingkan, semisal menjual susu segar kisaran harganya Rp8.500 per liter, namun jika susu diolah menjadi yogurt, kefir, dan lain-lain, per liter bisa seharga Rp25.000. Kan itu naiknya dua sampai tiga kali lipat,” katanya.

Gunawan juga mengatakan produksi susu Tamansari masuk tiga besar Boyolali sehingga sangat potensial untuk diberdayakan dalam membuat produk olahan susu.

Ia juga menyampaikan Disnakkan Boyolali akan memfasilitasi pelaku UMKM pengolah susu untuk uji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sertifikasi halal.

Terkait acara yang digelar LPTP Solo tersebut, Disnakkan Boyolali menyambut baik dan juga mendukung dengan harapan dari kegiatan tersebut dapat muncul dan berkembang kelompok anak muda yang mau menjadi pengusaha di bidang pengolahan susu.

Inovasi Produk Olahan Susu

Sementara itu, salah satu anggota TP PKK Desa Keposong, Mulyati Supriyanto, mengungkapkan ia dan kelompoknya membawa beberapa produk olahan susu seperti rolade, schotel susu, susu kacang merah, dan susu krim sup.

Ia mengungkapkan rolade susu yang sudah sering dipesan masyarakat dengan harga Rp3.000 per potong. Mulyati mengakui harga tersebut memang lumayan mahal, akan tetapi bahan-bahan di dalam rolade juga penuh gizi seperti susu sapi, telur ayam, daun singkong, kaldu jamur, dan wortel.

“Kalau dijual begini lebih mahal, harga susu segar kan Rp6.000-Rp6.500 per liter. Nah, untuk buat rolade butuh lima liter susu, nanti jadi 40 potong rolade. Dari modal sekitar Rp40.000 menjadi [pendapatan] Rp120.000,” ungkap dia.

Ia menjelaskan kesulitan yang dialami kelompoknya adalah dalam hal pemasaran. Ia berharap dapat selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan seperti bazar makanan untuk mempromosikan berbagai produk UMKM Desa Keposong, Boyolali, terutama olahan susu.

Koordinator Acara, Niken Prihartari, mengungkapkan dalam acara tersebut ditampilkan produk-produk olahan susu dari 10 desa di Kecamatan Tamansari ditambah dari Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.

Selain menampilkan bazar, ada pula gerakan minum susu sapi yang diikuti seratusan peserta acara dan disiapkan 30 liter susu segar. “Target acara ini yang pertama mengampanyekan gerakan minum susu sapi sebagai bagian dari upaya membentuk generasi sehat. Kemudian, mempromosikan susu sapi sebagai komponen konsumsi yang memiliki kekuatan nutrisi luar biasa,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya