SOLOPOS.COM - Ilustrasi hasil urban farming. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Kota Solo dikenal sebagai wilayah urban. Dengan pesatnya pembangunan di wilayah tersebut membuat lahan hijau makin sempit. Sementara itu konsumsi pengeluaran warga Solo didominasi oleh komoditas pertanian.

Dalam publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Solo bertajuk Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Surakarta yang diakses Solopos.com, pada Jumat (5/1/2024), rata-rata pengeluaran per kapita sebulan senilai Rp1.675.332. Kelompok pengeluaran tertinggi adalah padi-padian senilai Rp70.778, kemudian sayur-sayuran Rp51.306.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Walaupun dengan keterbatasan lahan, dalam publikasi BPS Solo bertajuk Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2023 Kota Surakarta Tahap I mencatat ada 1.162 unit usaha pertanian di Kota Solo.

Produk usaha pertanian didominasi oleh peternakan sebanyak 61,85%, perikanan 15,75%, hortikultura 10,04%, dan tanaman pangan 9,81%. Usaha pertanian terbanyak berada di wilayah Kecamatan Banjarsari yaitu 33,35% dengan total 401 unit.

Berdasarkan kelompok usia, petani didominasi pada kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 327 orang. Kemudian disusul kelompok usia 55-64 tahun sebanyak 299 tahun, dan 35-44 tahun sebanyak 234.

Kalangan muda juga meminati sektor pertanian, tercatat ada 82 petani pada kelompok usia 25-34 tahun dan 12 orang di kelompok usia 15-24 tahun. Di tengah keterbatasan lahan, urban farming menjadi salah satu solusi.

Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispartan KPP), Eko Nugroho Isbandijarso menjelakan ada beberapa tanaman yang bisa dikembangan dengan cara urban farming. Misalnya sawi, kangkung, melon, dan lainnya. Dengan urban farming, menurut Eko, bisa mendukung program ketahanan pangan di perkotaan dan menambah ruang terbuka hijau.

“Menambah penghasilan masyarakat, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan mengurangi pengeluaran dalam memenuhi pangan,” terang Eko.

Guna mendukung sektor pertanian di Kota Bengawan, pihaknya melaksanakan beberapa program seperti bantuan sarana produksi kepada kelompok tani ataupun kelompok wanita tani. Menurutnya hal ini bisa digunakan untuk bertani di lahan yang terbatas, dengan sistem vertikal.

“Juga mix farming antara budi daya ikan dan sayuran dan buah melalui Yumin-Bumina. Memberikan pendidikan secara dini pada anak anak sekolah melalui program Peci Mase [Petani Cilik Masuk Sekolah), ada program office farming di kantor dan sekolah,” tambah Eko.

Berdasarkan data BPS, Kecamatan Banjarsari menjadi wilayah dengan petani terbanyak. Camat Banjarsari, Beni Supartono Putro menyebut ada 39 kelompok tani perkotaan yang terbesar di seluruh kelurahan,

Tercatat ada 13 kelompok tani perkotaan di Kelurahan Nusukan dengan total anggota 268 orang, kemudian tujuh kelompok di Kelurahan Joglo beranggotakan 117 orang.

“Di Kelurahan Banjasari ada enam kelompok dengan total 151 orang, Kelurahan Sumber ada tiga kelompok dengan total 71 orang. Ada pertanian sayur, ada juga yang perikanan,didominasi oleh kelompok wanita tani. Tapi di Banyuanyar ada anak-anak muda [pemuda tangguh],” ujar Beni.

Sektor petanian di Solo masih disebut prospektif oleh Ketua Himpunan Petani Muda Indonesia (HPMAI) Solo, William Perdana Santoso. Menurut William, anak muda yang tertarik di sektor agraris menyasar di sektor smart farming, precision farming, dan pertanian terpadu.

William menjelaskan smart farming adalah pertanian yang presisi, semua hal bisa diprediksi perhitungannya. Smart farming juga merupakan pertanian yang terpadu.

“Jadi jangan smpai di setiap produksi atau budidaya melewatkan bagian-bagian yang bisa dimanfaatkan terutama di proses budidaya itu sendiri. Contoh panen selada, sortiran selada bisa diberi ke maggot. Maggot bisa untuk makan ikan, dan air kotoran ikan bisa untuk menyiram tanaman yang lain. Jadi setiap hal di proses budidaya tidak ada yang terbuang sia-sisa,” ujar William kepada Solopos.com, Jumat (5/1/2024).

William menguraikan ketika petani tidak mempunyai lahan untuk pertanian konvensional, maka bisa menyiasatinya dengan instalasi hidroponik. “Bisa diatur dengan bentuk menyesuaikan lahan yang ada,” terang William.

Namun, ketika hanya menggunakan sisa lahan rumah, menurut Willian produksi pertanian menjadi kurang maksimal. “Tapi jika ada lahan di Solo, pasti sangat prospektif, karena jarak dengan pasar jadi lebih dekat, pasti juga lebih maksimal penyerapannya,” tambah dia.

Lebih lanjut menurut dia, petani di Solo perlu bermitra dengan petani di wilayah lain. Dia bahkan mengaku sering kewalahan memenuhi permintaan sayur dan mengambil barang dari petani daerah. William memilih sistem pertanian hidroponik untuk menyiasati ketebatasan lahan.

William mulai mengembangkan pertanian hidroponik dengan sistem rakit apung di lahan depan rumahnya di Kecamatan Jebres, Solo, yang awalnya hanya menggunakan styrofoam berukuran 1,2 x 2 meter. Ia berhasil memanen sembilan kilogram kangkung dari uji coba pertamanya ini.

Melirik potensi ini, William kemudian mengembangkan pertanian dengan sistem hidroponik dengan cara membeli lagi media styrofoam di lahan seluas 35 meter persegi dengan 400 lubang untuk media tanam.

Kemudian pada 2020, ia berhasil membangun instalasi hidroponik di lahan terbengkalai milik saudaranya di Gondangrejo, Karanganyar, secara lebih matang dengan menggunakan bahan PVC dan baja, dengan total 4.000 lubang tanam.

Dengan modalnya sendiri dan modal dari investor, ia berhasil membangun kebun dan greenhouse dengan modal Rp50 juta. Pria berusia 25 tahun ini dalam sebulan mampu memanen 400 kilogram sayurannya yang meliputi pakcoy, selada, dan kangkung.

Dengan harga packoy Rp15.000/kg dan selada Rp20.000/kg, dan untuk seikat kangkung dijual dengan harga Rp5.000/ikat. Biasanya ia rutin memasok pengusaha kuliner, misalnya usaha kebab, burger, salad, dan lain-lain.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya