Soloraya
Kamis, 14 Maret 2024 - 06:06 WIB

Potret Keuangan Anak Muda di Ramadan dan Lebaran, Lebih Besar dari Gaji Bulanan

Ahmad Kurnia Sidik  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung uang. (Freepik)

Solopos.com, SOLO–Selama Ramadan jumlah pengeluaran keungan bakal meningkat. Bukan saja godaan karena banyak bermunculan penganan untuk berbuka dan sahur. Namun, juga bertebarannya diskon di berbagai lokapasar untuk berbagai jenis komoditas. Selain itu, kebutuhan menjelang Lebaran juga turut mempengaruhi pengeluaran keuangan.

Dikutip dari Bisnis.com, Senin (11/3/2024), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan penyaluran pembiayaan di sektor pembiayaan bayar sekarang bayar nanti alias buy now pay later (BNPL) akan meningkat pada momentum Ramadan tahun ini.

Advertisement

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Agusman mengatakan bahwa peningkatan itu seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat pada saat bulan Ramadan dan lebaran.

Membeli barang baru, seperti pakaian, perlengkapan ibadah, dan sebagainya untuk merayakan Idulfitri bagi sebagian orang seolah menjadi kewajiban. Di samping juga berbagi tunjangan hari raya (THR) ke sanak saudara lainnya. Tak jarang pengeluaran selama Ramadan dan Lebaran lebih tinggi dari penghasilan bulanan.

Hal itu dialami oleh seorang perempuan yang indekos di Pucangsawit, Syafira, 24. Sehari-hari ia bekerja sebagai desainer interior di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang arsitektur interior di Solo.

Advertisement

Ia mengaku pengeluaran keuangannya menjelang Idulfitri biasanya melonjak drastis karena berbagai kebutuhan. Namun, pada pekan awal Ramadan ia mampu menekan pengeluaran keuangannya karena bisa menghemat makan.

Ia memaparkan pengeluarannya di luar bulan puasa Rp40.000 hingga Rp50.000 per hari yang digunakannya untuk makan tiga kali dalam sehari dan jajan.

Namun di bulan puasa biasanya ia mengeluarkan uang untuk makan Rp20.000 hingga Rp35.000 per hari untuk makan saat berbuka dan sahur. Bahkan terkadang saat sahur ia tak memakan makanan berat, cukup dengan roti dan susu.

“Pengeluaranku pas bulan puasa sama gak bulan puasa itu lebih gede pas gak bulan puasa. Tapi pengeluaranku puncaknya saat menjelang lebaran, itu tinggi,” kata dia saat ditemui Solopos.com di Pucangsawit, Selasa (12/3/2024) malam.

Advertisement

Selama awal bulan puasa, ia mengaku membatasi buka puasa bersama di luar, baik warung makan ataupun kafe. Dengan begitu ia bisa menghemat uangnya untuk belanja Lebaran.

Syafira sudah mulai membuat anggaran untuk belanja Lebaran. Ia menjelaskan bujet belanja bingkisan lebaran atau hamper sekitar Rp700.000 yang rencananya dibagikan kepada dua keluarga terdekatnya.

Belanja pakaian baru dan kosmetiknya sekitar Rp500.000. Sementara untuk pengeluaran keuangan lainnya, ia mengaku berbagi rezeki kepada ibunya di kampung Rp1 juta dan Rp200.000 untuk seorang adiknya.

Selama Ramadan dan Lebaran, Syafira harus merogoh kocek setidaknya Rp3,4 juta. Jumlah itu belum terhitung ongkos mudik. Sementara ia mengaku gaji bulanan yang diterima dari perusahaan tempatnya bekerja sekitar Rp3 juta. Khusus saat Lebaran mendapat tambahan Rp3 juta.

Advertisement

Ia tidak perlu repot terlibat BNPL. Sebab, sejak jauh hari ia sudah mulai membuat rancangan anggaran belanja Ramadan dan Lebaran. Selain itu, ia juga berhemat dengan cara tidak terlalu sering ikut buka bersama.

Hal yang sama juga dialami oleh seorang laki-laki yang tinggal di Makamhaji, Mudhakir, 28. Sehari-hari ia bekerja sebagai estimator di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi di Solo.

Ia mengaku penghasilannya sebulan mencapai Rp3 juta sementara saat Lebaran mendapat tunjangan hari raya satu bulan gaji, sehingga ia bisa menerima Rp6 juta.

Bulan puasa, ia mengeluarkan uang Rp30.000 hingga Rp35.000 per hari untuk makan saat berbuka dan sahur. Ia mengaku untuk jajanan berbuka memanfaatkan jajanan berbuka yang disediakan masjid di sekitar tempat tinggalnya di Makamhaji.

Advertisement

“Seperti tahun lalu, kalau pengin es atau buah tinggal ikut buka di musala sekitar. Ada banyak musala. Bulan puasa ini pun gitu,” kata dia saat ditemui Solopos.com di Makamhaji, Rabu (13/3/2024) pagi.

Bulan puasa oleh Mudhakir dijadikan sebagai latihan untuk berhemat. Termasuk ia mengaku tidak akan ikut berbuka puasa bersama teman-temannya di luar. Hal itu dilakukannya karena ia tidak ingin ikut-ikutan boros. Menurut dia, lebih baik uangnya digunakan untuk hal lainnya seperti berbgai di momen Lebaran.

Mudhakir mengaku, saat lebaran ia juga membeli pakaian baru dan membagi rezeki ke orang tua dan sanak keluarga yang lainnya. Bujet untuk itu sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta.

“Jumlah pasti belum tahu, tergantung jumlah keluarga yang kumpul saat Lebaran. Tapi yang pasti tidak lebih dari itu,” kata dia.

Sama seperti Syafira, Mudhakir tidak perlu repot terlibat BNPL karena sudah menentukan bujet maksimal yang harus dikeluarkannya selama Ramadan dan Lebaran.

Ia harus mengeluarkan sekitar Rp4 juta untuk belanja selama Ramadan dan Lebaran. Jumlah itu belum terhitung ongkos mudik dan biaya operasional yang menunjangnya untuk bekerja.

Advertisement

Ia menjelaskan kalau dalam situasi tertentu pengeluaran keuangannya lebih tinggi daripada pemasukannya, ia harus mencari sumber penghasilannya lainnya dengan cara menerima kerja paruh waktu,

“Selain itu, tiap minggu selalu cek dan evaluasi pengeluaran meski tak tertulis,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif