SOLOPOS.COM - Lahan seluas 2.000 meter persegi yang ditanami bawang merah milik Agil Pujanto, 33, petani muda asal Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Kamis (25/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com Stories

Solopos.com, WONOGIRI — Hasil Sensus Pertanian (ST) 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan banyak insight atau gambaran yang jelas mengenai kondisi pertanian dan kehidupan petani di Kabupaten Wonogiri. Data itu penting sebagai landasan untuk menentukan arah kebijakan yang tepat guna meningkatkan sektor tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Diketahui dari ST 2023, Pracimantoro menjadi kecamatan dengan jumlah petani terbanyak di Kota Sukses. Kecamatan terluas di Wonogiri ini juga menjadi penyumbang terbanyak sejumlah komoditas pertanian.

Berdasarkan data hasil ST 2023 Tahap I BPS, jumlah petani di Pracimantoro ada 13.753 orang atau 6,9% dari total jumlah petani di Kabupaten Wonogiri sebanyak 197.508 orang. Jumlah itu menempatkan Pracimantoro menjadi penyumbang petani terbanyak, disusul Purwantoro dengan 11.472 petani.

Tercatat pula sebanyak 20,6% penduduk Pracimantoro adalah petani. Dengan jumlah petani sebanyak itu, Pracimantoro memiliki sejumlah komoditas pertanian yang potensial. Namun, tanaman pangan masih menjadi primadona para petani di kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, DIY, itu.

Koordinator Penyuluh Pertanian Pracimantoro Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri, Ali Mahfud, mengatakan semua desa/kelurahan di Kecamatan Pracimantoro menjadi penghasil tanaman pangan, baik di sawah maupun ladang.

Dia menjelaskan meski komoditas pertanian di Pracimantoro didominasi tanaman pangan, tidak berarti mereka hanya menanam satu jenis tanaman. Pola tanam petani menyesuaikan cuaca atau musim.

Saat musim hujan, Januari-April, banyak petani di Pracimantoro, Wonogiri, menanam padi. Sedangkan saat kemarau awal, mereka banyak menanam jagung, kacang tanah, dan ubi atau ketela.

Cabai Rawit petani wonogiri
Petani mengurus tanaman cabai di sawah di Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, belum lama ini. (Istimewa)

Selain itu, untuk mengoptimalkan lahan, banyak di antara mereka menanam dengan metode tumpang sari tanaman hortikultura. Satu area lahan ditanami beberapa jenis tanaman.

Petani biasanya menanam tanaman kacang tanah ditumpangsarikan dengan cabai. Mereka menyadari jika hanya menanam satu jenis tanaman tidak akan banyak mendapatkan keuntungan.

“Yang perlu diketahui, petani di Pracimantoro menanam padi itu untuk dikonsumsi sendiri. Menanam satu kali pada awal tahun dan panen untuk kebutuhan selama setahun ke depan. Kalau sisa baru dijual. Penghasilannya dari hasil menanam jagung, ubi, dan tanaman tumpangsarinya,” kata Ali saat dihubungi Solopos.com, Selasa (26/12/2023).

Hampir Setiap Tahun Surplus Padi

Ali mengklaim produksi padi di Pracimantoro hampir selalu surplus. Dengan jumlah penduduk sekitar 70.000 jiwa, kebutuhan padi hanya sekitar 8.400 ton/tahun. Sementara produksi padi per tahun lebih dari 18.000 ton. Surplus padi dijual ke luar daerah seperti Klaten dan Yogyakarta.

Sementara komoditas pertanian lain, yaitu jagung, banyak terserap ke industri produksi pakan ternak. Ali menyebut produksi jagung hasil panen petani di Pracimantoro menjadi salah satu yang terbanyak di Wonogiri.

Bahkan, produksi jagung lebih tinggi dibandingkan padi. Hal itu karena padi hanya ditanam sekali dalam setahun di Pracimantoro. Menurut dia, dengan pola tanam tahunan seperti itu, usaha pertanian di Pracimantoro masih cukup menguntungkan.

Ali mengklaim return cost ratio usaha pertanian di Pracimantoro rata-rata mencapai 1,5% dengan sistem penanaman multikultur dalam setahun. “Itu artinya petani masih mendapatkan untung,” ucapnya.

Dia juga menyebut dengan pola tanam itu, pertanian di Pracimantoro relatif minim kendala. Produk pertanian pasar pun terserap dengan baik oleh pasar.

Petani Wonogiri Merantau
Kades Jimbar, Pracimantoro, Wonogiri, Sutrisno (kiri), mengecek tanaman kacang panjang yang di lahan yang dikerjakan petani, Jumat (11/9/2020). Sebagian petani di Jimbar menjalankan usaha pertanian hortikultura. (Istimewa)

Ihwal regenerasi petani, Ali menyampaikan saat ini sudah tumbuh beberapa petani milenial antara lain di Desa Jimbar, Tubokarto, dan Trukan, Pracimantoro, Wonogiri. Para petani milenial itu lebih banyak menanam tanaman hortikultura.

Salah satu petani di Desa Jimbar, Pracimantoro, Siswanto, menyampaikan secara umum tanaman pangan masih menjadi andalan petani di wilayahnya, khususnya jagung. Ada pun tanaman pangan padi lebih banyak dikonsumsi sendiri.

Rata-rata petani Pracimantoro memiliki luas lahan kurang dari 0,5 hektare. Dengan luas lahan itu, sebenarnya pekerjaan petani masih bisa menjadi pekerjaan utama jika hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dia memaparkan kebutuhan hidup untuk satu keluarga inti petani di Pracimantoro, Wonogiri, sekitar Rp50.000/hari dengan catatan beras yang dikonsumsi hasil tanam sendiri. Uang itu sekadar untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti lauk-pauk.

“Kalau mau untung lebih besar, bisa menanam tanaman hortikultura. Tetapi modal dan risikonya memang tinggi. Walaupun begitu, peluangnya cukup besar di Pracimantoro. Lahannya pun mendukung, karena tidak butuh banyak air seperti tanaman pangan,” urainya.

Siswanto menyampaikan kebanyakan komoditas buah-buahan dan sayuran yang diperjualbelikan di Pracimantoro masih banyak didatangkan dari luar daerah seperti Karanganyar, Pacitan, dan Boyolali.

Kesejahteraan Petani

“Pasar hortikultura di Pracimantoro itu luas banget. Permintaannya banyak, tetapi produksinya masih sedikit,” jelas petani hortikultura itu.

Camat Pracimantoro, Warsito, saat berbincang dengan Solopos.com, baru-baru ini, mengatakan bertani masih menjadi mata pencaharian banyak penduduk di Pracimantoro, Wonogiri. Mereka kebanyakan menanam jagung dan padi.



petani wonogiri
Petani menyiapkan lahan untuk ditanami jagung di Pracimantoro, Wonogiri, belum lama ini. (Dok Solopos)

Kepala BPS Wonogiri, Rahmad Iswanto, mengatakan jumlah petani berdasarkan ST 2023 di Wonogiri sebanyak 197.508 orang. Jumlah itu tersebar di 25 kecamatan dengan jumlah terbanyak Pracimantoro sebanyak 13.753 orang, disusul Purwantoro (11.472 orang), Eromoko (11.459 orang), Tirtomoyo (11.302 orang), Ngadirojo (11.042 orang).

Kemudian Slogohimo (10.554 orang), Jatisrono (9.974 orang), Giriwoyo (9.182 orang), Kismantoro (8.474 orang), dan Manyaran (8.380 orang). Dari total jumlah petani di Wonogiri, sebanyak 151.265 atau 77% di antaranya adalah petani gurem. Petani gurem adalah petani yang mengelola atau menguasai lahan pertanian kurang dari 0,5 hektare (ha).

Sementara itu, berdasarkan data Dispertan dan Pangan Wonogiri, produksi gabah Wonogiri tujuh tahun terakhir memang selalu surplus. Pada 2016 dengan luas panen 78,253 ha, produksi mencapai 424,991 ton.

Kemudian pada 2017, dengan luas panen 78,272 ha, produksi mencapai 439,996 ton. Pada 2018, luas panen 76,152 ha dengan produksi 414,345 ton. Tahun 2019 dengan luas panen 71,210 ha, produksi 389,865 ton.

Berikutnya pada 2020 dengan luas panen 73,515 ha, produksi mencapai 404,929 ton. Tahun 2021 dengan luas panen 74,123 ha, produksi 428,710 ton.

Produksi gabah pada 2022 lalu tercatat sebanyak 374.667 ton. Sedangkan produksi gabah pada 2023 ini diproyeksikan 309.162 ton atau turun 17,48%. Meski produksi dua tahun terakhir turun, Dispertan menyebut Wonogiri masih surplus beras.

Produksi beras di Wonogiri rata-rata 62 persen dari total produksi padi. Sedangkan kebutuhan beras hanya 31,88% dari total produksi beras di Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya