SOLOPOS.COM - Ilustrasi spanduk warung olahan anjing di Kota Solo. (Youtube)

Solopos.com, SOLO — Praktik perdagangan daging anjing di Kota Solo saat ini sedang menjadi sorotan menyusul temuan Koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) yang menyebut adanya pembuangan limbah organ-organ anjing yang disembelih ke Sungai Bengawan Solo. 

DMFI selama ini sangat concern menyoroti praktik perdagangan daging anjing karena menilai hal itu adalah praktik ilegal bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Belum lagi soal perlakuan terhadap anjing yang dinilai sangat kejam.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

DMFI terus mengusut perdagangan daging anjing di Kota Bengawan dan juga berharap Pemkot mengambil langkah tegas dengan mengeluarkan larangan. Apalagi, Pemprov Jateng sebelumnya juga sudah mengeluarkan edaran agar pemerintah daerah melarang perdagangan daging anjing.

Namun, hingga akhir Agustus ini, Pemkot Solo belum menindaklanjuti surat edaran dari Pemprov Jateng mengenai larangan perdagangan daging anjing. Solopos.com mencoba menelusuri ke beberapa daerah yang disebut menjadi lokasi penjagalan anjing hingga pendistribusian ke warung-warung kuliner daging anjing.

Solopos.com memulai penelusuran dengan mendatangi warung-warung yang berjualan rica-cica di daerah Kadipiro, Kecamatan Banjarsari dan Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres. Para pedagang yang menjual olahan daging anjing dalam bentuk rica-rica, tongseng hingga satai tersebut menceritakan dari mana daging-daging anjing tersebut berasal.

Baca Juga: Investigasi Perdagangan Anjing di Solo, Anggota DMFI Ngaku Kerap Diintimidasi

Hr, salah satu pedagang rica-rica anjing di Banjarsari menyebut daging-daging yang dijualnya berasal dari rumah jagal di Gilingan. Meski demikian, ia tidak bergantung kepada satu-dua tempat penjagalan. Hr menyetok daging-daging anjing dari wilayah lain di Soloraya.

Penjagalan

“Ini ambilnya dari Gilingan situ, tapi enggak selalu di tempat itu. Kadang yang dekat sini ada yang jualan daging anjing juga ya diambil. Pokoknya keliling kalau buat stoknya,” jelasnya mengenai praktik perdagangan daging anjing yang ia lakukan di Solo.

Hr kemudian mengajak ke lokasi penjagalan anjing dekat warungnya, kurang lebih 15 menit perjalanan. Rumah jagal berada di gang selebar 1,5 meter. Aroma pesing bercampur bau anyir menyeruak di dalam rumah jagal itu.

Baca Juga: DMFI Ungkap Limbah Anjing Mengalir ke Bengawan Solo dari Rumah Jagal Ilegal

Hr kemudian memperkenalkan sang pemilik rumah, J, pria kekar berusia 42 tahun. Sembari mengasah pisau dan mencucinya, J menceritakan baru saja mendistribusikan 10 anjing dengan berat masing-masing 15 kilogram.

“Baru selesai ngirim tadi di beberapa warung di Jebres, di Jetak. Hari ini 10 anjing tak kirim, biasanya bisa lebih tapi karena situasinya lagi tidak enak karena Pemkot Solo mulai tegas, jadi susah buat jualan sekarang,” terang pelaku usaha perdagangan anjing di Solo itu.

Rumah jagal anjing milik J tidak begitu besar, hanya seukuran setengah lapangan futsal dan beralaskan semen plester. Di sana terdapat kait hingga pagar-pagar besi untuk menggantung anjing yang akan dipotong. Tidak ketinggalan karung-karung goni beserta tali rafia yang berceceran. 

Baca Juga: Gibran Pastikan Selidiki Rumah Jagal Anjing yang Buang Limbah ke Bengawan Solo

J menceritakan cara mengeksekusi anjing-anjing tersebut, mulai dari pengumpulan, eksekusi, hingga membagi daging sebelum didistribusikan kepada warung-warung kuliner daging anjing.

Penjualan Turun setelah Pandemi

“Anjing-anjing ini datang dari Sragen, dikumpulin di sini, biasanya pesan anjingnya tiga hari sebelumnya terus baru dikirim. Dateng ke sini pukul 05.00 WIB atau paling lambat pukul 06.30 WIB. Pas datang, nanti dipilih dulu yang dagingnya tebal bagian mana baru dipukul. Kalau sudah agak pingsan disembelih biar dagingnya empuk,” jelasnya.

Ia mengaku menjadi jagal anjing sejak awal 2000 dan sudah memiliki beberapa langganan. Langganan ada yang dari tinggalan ayahnya yang juga menjadi pelaku usaha perdagangan daging anjing di Solo sejak 1980-an.

Baca Juga: Sidak, Tim Gabungan Temukan Kandang Anjing Bawah Tanah di Gilingan Solo

J mengaku sejak pandemi pendapatannya menurun drastis. “Sekarang memang sedang sepi apalagi setelah pandemi, dulu bisa ratusan kilogram sehari atau puluhan anjing. Sekarang paling dua puluhan,” ulasnya.

J menjual daging anjing dengan harga Rp20.000 per kilogram. Sedangkan modal untuk membeli anjing sekitar Rp150.000 hingga Rp200.000 per ekor.

“Dijualnya macam-macam biasanya Rp20.000 per kilogram, kalau ambil di atas 50 kilogram nanti dapat potongan khusus. Sedangkan untuk anjingnya per ekor kalau yang kecil Rp150.000 yang besar bisa sampai Rp250.000 per ekor,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya