Soloraya
Rabu, 20 Maret 2024 - 20:19 WIB

Produksi dan Konsumsi Daging Sapi di Solo Terus Menurun, Ini Penyebabnya

Ahmad Kurnia Sidik  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu penjual daging sapi di Pasar Gede, Marsih, sedang melayani pembeli, Rabu (20/3/2024). (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Solopos.com, SOLO–Produksi dan konsumsi daging sapi di Kota Solo terus menurun. Mengutip laporan Kota Surakarta Dalam Angka 2024 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo pada Rabu (28/2/2024) di laman surakartakota.bps.go.id, produksi daging sapi menurun siginifikan sejak 2022.

Produksi daging sapi pada 2022 sebanyak 415.100 kg menjadi 5.954 kg pada 2023. Jumlah produksi daging sapi tersebut sudah termasuk sapi yang didatangkan dari luar Kota Solo dan dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) di Kota Solo.

Advertisement

Seiring menurunnya jumlah produksi daging sapi di Kota Solo, ternyata konsumsi daging sapi di Kota Solo juga menurun. Hal itu tampak dari rata-rata pengeluaran per kapita selama sepekan masyarakat Kota Solo untuk daging sapi.

Mengutip laporan Rata-rata Pengeluaran per Kapita Seminggu Menurut Kelompok Daging 2021-2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) di laman bps.go.id yang diakses Solopos.com, Rabu (20/3/2024), rata-rata biaya yang dikeluarkan masyarakat Kota Solo untuk mengonsumsi daging selama sepekan pada 2022 hanya Rp1.094. Sementara pada 2023 mengalami penurunan menjadi Rp981.

Advertisement

Mengutip laporan Rata-rata Pengeluaran per Kapita Seminggu Menurut Kelompok Daging 2021-2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) di laman bps.go.id yang diakses Solopos.com, Rabu (20/3/2024), rata-rata biaya yang dikeluarkan masyarakat Kota Solo untuk mengonsumsi daging selama sepekan pada 2022 hanya Rp1.094. Sementara pada 2023 mengalami penurunan menjadi Rp981.

Salah seorang penjual daging sapi di Pasar Gede, Solo, Marsih, merasakan imbas dari penurunan produksi dan konsumsi daging sapi oleh masyarakat Kota Solo. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya dalam sehari ia mampu menjual sekitar 40 kg daging sapi, belakangan hari ia hanya mampu menjual sekitar 25 kg daging sapi.

Marsih menduga penyebab berkurangnya omzet penjualan daging sapi itu disebabkan oleh pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.

Advertisement

Bahkan, lanjut dia, penjualannya terus menurun hingga saat ini. Selama Ramadan ini ia hanya mampu menjual di bawah 20 kg daging sapi per harinya.

Di tempat yang lain, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Solo, Abdul Aziz, menyampaikan bahwa terjadi penurunan produksi daging sapi di RPH Jagalan, DKPP Kota Solo selama Ramadan ini.

Namun, ia tetap optimis produksi itu akan meningkat saat mendekati lebaran.

Advertisement

“Bulan biasa, di RPH ini biasanya memotong enam hingga delapan ekor sapi per harinya. Selama Ramadan mengalami penurunan jadi empat hingga enam ekor sapi saja. Mungkin akan naik lagi H-5 lebaran nanti. Biasanya mencapai 15 ekor sapi yang di potong per harinya di sini,” kata dia saat ditemui Solopos.com di RPH Jagalan, Selasa (19/2/2024).

Sementara itu, Kepala Veteriner DKPP Kota Solo, Agus Sasmito, menjelaskan penyebab menurunnya produksi dan konsumsi daging sapi oleh masyarakat Kota Solo.

Menurut dia, ada beberapa penyebab, di antaranya adalah merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkiti sapi pada 2022 lalu. Hal ini, lanjut dia, menyebabkan banyak sapi harus dimusnahkan guna memutus rantai penularan sehingga sapi menjadi berkurang jumlahnya dan meningkat harga jualnya.

Advertisement

“Dampak PMK 2022 sangat terasa. Sapi jadi langka dan mahal, sehingga masyarakat menjadi harus berpikir dua kali untuk belanja daging sapi, paling hanya kalangan tertentu dan terbatas yang tetap belanja daging sapi,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (19/3/2024).

Selain itu, menurut dia, dari pembeli yang terbatas itu, terjadi perubahan perilaku konsumen. Yang sebelumnya gemar memilih daging sapi segar, belakangan hari beralih memilih daging sapi beku.

Ia juga menjelaskan bahwa daging sapi segar biasanya hanya mampu bertahan sekitar 24 jam sebelum memasuki masa pembusukan. Berbeda dengan daging sapi beku yang mampu bertahan berhari-hari.

“Daging sapi beku memungkinkan konsumen beli sekali kalau tidak habis atau terpakai bisa disimpan lagi lebih lama, sementara daging sapi segar tidak bisa begitu,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif