Soloraya
Selasa, 14 Juni 2011 - 21:27 WIB

Produksi gabah turun 5%, ketahanan pangan Sragen masih aman

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Solopos.com) – Kepala Kantor Ketahanan Pangan Sragen, Tentrem, menyatakan serangan wereng terhadap 1.990 ha tanaman padi di Sragen tidak berdampak pada berkurangnya ketahanan pangan di Bumi Sukowati. Kendati sebanyak 90 hektare (ha) di antaranya dinyatakan gagal panen, namun produksi beras di Sragen masih stabil.

“Penurunan produksi gabah di tingkat kabupaten hanya turun sekitar 5% dari total produksi padi di Sragen yang mencapai 39.000-an hektare. Di wilayah Gondang saja, produksi padinya mencapai 9 ton per hektare padahal serangan wereng juga sampai di Gondang. Dalam kondisi normal produksinya bisa sampai di atas 10 ton/hektare,” ujar Tentrem saat dijumpai wartawan di Ringinanom, Sragen Kulon, Selasa (14/6/2011).

Advertisement

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Sragen, Haryoto, saat dijumpai Espos secara terpisah. Sebagai langkah antisipasi serangan wereng, Haryoto mengaku mendapatkan bantuan insektisida sebanyak 1.922 liter dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng. Bantuan tersebut bakal digunakan untuk antisipasi serangan wereng di 1.990 ha tanaman padi yang menyebar di belasan kecamatan.

“Kami tidak bisa mengandalkan pengadaan obat-obatan pertanian dari dana APBD Sragen karena tahun ini tidak ada alokasi pengadaan obat-obatan itu. Kami hanya mengandalkan bantuan dari provinsi dan pusat,” tandasnya.

Haryoto menyatakan telah menjalin kerja sama dengan Dispertan di Soloraya untuk antisipasi serangan wereng. Sejumlah Dispertan di Soloraya, lanjutnya, sudah membuat komitmen bersama untuk tanam bersama secara serentak di soloraya. Pola tanamnnya mengikuti pola tanam di Sragen.

Advertisement

“Di Sukoharjo sudah mengambil kebijakan untuk melarang petani menanam padi. Petani di Sukoharjo menyesuaikan musim tanam di Sragen. Demikian pula di wilayah kabupaten lainnya. Komitmen sejumlah Dispertan itu sudah disampaikan kepada Menteri Pertanian (Mentan),” tuturnya.

Dia menguraikan selama ini Dispertan masih berupaya merealisasikan Surat Edaran (SE) Bupati tentang perubahan pola tanam dari padi-padi-pantun ke padi-padi-palawija. “Sejumlah daerah mulai mentaati pola baru itu. Kami memberikan alternatif pilihan untuk pemilihan benih jagung sebagai tanaman palawija, yakni jagung hibrida dan jagung konsumsi. Ternyata upaya itu direspons petani melalui kerja sama dengan pihak produsen benih,” pungkasnya.

trh

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif