SOLOPOS.COM - PASANG MESIN -- Sejumlah siswa SMKN 2 Solo memasang mesin di sasis mobil Esemka beberapa waktu lalu. Rencana produksi massal mobil tersebut diharapkan tidak sampai mengganggu kegiatan belajar mengajar di SMK. (JIBI/SOLOPOS/dok)

PASANG MESIN -- Sejumlah siswa SMKN 2 Solo memasang mesin di sasis mobil Esemka beberapa waktu lalu. Rencana produksi massal mobil tersebut diharapkan tidak sampai mengganggu kegiatan belajar mengajar di SMK. (JIBI/SOLOPOS/dok)

SOLO – Komisi IV DPRD Kota Solo mengingatkan agar rencana produksi massal mobil Kiat Esemka tidak sampai mengganggu konsentrasi para siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Produksi massal mobil-mobil tersebut harus dilakukan secara profesional dan tidak memberdayakan para siswa sekolah secara berlebihan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Demikian dikemukakan Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Solo, Abdul Ghofar Ismail ketika dimintai tanggapan seputar mobil Kiat Esemka yang merupakan hasil rakitan siswa-siswa SMK di Kota Solo, Senin (9/1/2012). “Kalau benar akan diproduksi massal harus dikelola secara profesional, namun tidak dengan memberdayakan para siswa itu secara berlebihan. Meskipun branding yang ingin dibangun bahwa mobil-mobil itu adalah hasil karya para siswa SMK,” tegas Ghofar. Sebab bila dilihat dari masa belajar para siswa SMK yang hanya tiga tahun, menurut Ghofar, tidak akan bisa memenuhi order dalam produksi massal.

“Kalau masa pendidikan di SMK kan hanya tiga tahun. Misalnya, saat Kelas IX, siswa baru belajar teori, praktiknya baru di Kelas XI dan seterusnya. Nah tentunya kalau harus mengejar target produksi massal, apa iya siswa harus diforsir untuk membuat mobil? Tentunya mereka juga kan harus mempelajari materi-materi lain sesuai bidangnya?” tanya Ghofar.

Apabila terjadi pemberdayaan siswa secara berlebihan, Ghofar mengaku khawatir KBM siswa justru akan terganggu.
“Tugas siswa adalah belajar dengan semestinya. Meski mereka disibukan dengan pemberitaan mobil karena menjadi bagiannya. Tugas siswa semestinya adalah belajar dan belajar,” tandasnya.

Menyikapi hal itu, Ghofar mendesak Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) dan kepala sekolah SMKN tetap memikirkan keberlangsungan KBM yang harus diikuti para siswa tersebut. Ghofar mengusulkan pembatasan pelibatan siswa SMKN dalam perakitan. Seandainya pemerintah pusat atau investor ingin memproduksi secara massal mobil Kiat Esemka, tentunya harus mengajak profesional. “Tidak memperkerjakan siswa secara berlebihan. Ya bisa saja, pembuatan mobil secara massal diserahkan profesional, sedangkan siswa SMK tetap belajar. Perlu ada pemisahan, jangan pekerjakan siswa SMK,” tegasnya.

Saat ditemui terpisah, Kepala SMKN 5 Solo, Sudarto mengatakan, pengerahan siswa kelas II dan III untuk merakit mobil hanya dilakukan pada saat pelajaran praktik. Tidak hanya mobil Kiat Esemka yang dirakit, sekolahnya juga melibatkan siswa dalam merakit sepeda motor.

“Selama ini sekolah kami tetap memprioritaskan KBM para siswa. Perakitan atau produksi mobil atau sepeda motor, termasuk penjualannya, fungsinya lebih pada proses pembelajaran kepada para siswa tersebut,” terangnya.

JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya