SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanaman sorgum. (dok.solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Produksi tanaman sorgum di Wonogiri cenderung turun dari tahun ke tahun. Minimnya permintaan dan harga jual yang rendah dinilai menjadi penyebab utamanya.

Selain itu, sorgum di Wonogiri masih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak alih-alih sebagai bahan pangan. Luas panen sorgum di Wonogiri mencapai angka tertinggi terjadi pada 2008, yakni seluas 1.329 hektare (ha) dengan jumlah produksi sebanyak 1.516 ton. Tahun-tahun setelahnya hingga 2021, luas panen sorgum terus menurun.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala Bidang (Kabid) Produksi Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Wonogiri, Ridwan Jauhari, mengatakan wilayah Wonogiri selatan merupakan penghasil sorgum. Hal itu seperti Kecamatan Wuryantoro, Eromoko, dan Pracimantoro.

Tanaman sorgum yang sedikit membutuhkan air dinilai cocok ditanam di Wonogiri bagian selatan. Meski banyak ditemukan di Wonogiri selatan, jumlah tanaman sorgum tergolong masih sedikit.

Perawatan sorgum relatif murah dan gampang dibandingkan tanaman pangan lain. Tanaman ini tidak banyak memerlukan pupuk. Masa tanam sorgum pun hampir sama seperti tanaman jagung.

Baca Juga: Gulma Tumbuh Subur di WGM Wonogiri, Ini Dampaknya

Sayangnya, permintaan sorgum belum banyak. Sehingga produksi sorgum di Wonogiri terbilang masih rendah. Padahal seluruh bagian sorgum dapat dimanfaatkan.

Biji sorgum bisa digunakan sebagai beras sorgum atau tepung. Batang sorgum digunakan sebagai pakan ternak. Kadar gula yang terkandung dalam sorgum lebih rendah daripada beras padi.

Tanaman ini dinilai lebih sehat dan bergizi dan sangat berpotensi menggantikan beras/padi sebagai bahan pangan utama. Biji dan batang sorgum juga mengandung etanol yang bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak. 

“Selain sebagai bahan pangan, sorgum ini bisa jadi solusi energi terbarukan karena ada kandungan bioetanol di dalamnya. Sayangnya, sorgum di Wonogiri masih banyak digunakan sebagai pakan ternak. Harga sorgum Rp3.000/kg-Rp6.000/kg. Maka, petani yang menanam sorgum hanya selingan, belum menjadi tanaman utama,” kata Ridwan saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (18/8/2022).

Baca Juga: Cerita Gaplek dan Busung Lapar di Wonogiri saat Masa Penjajahan Jepang

Staf Bidang Produksi Dispertan Wonogiri, M. Shidiq Purwanto, menuturkan tanaman sorgum bisa menjadi solusi saat kemarau. Sorgum hanya membutuhkan sedikit air dan sedikit perawatan.

Sekali tanam bibit, sorgum bisa berbuah berkali-kali dengan cara dipotong di bagian batang. Selanjutnya, batang tersebut akan mengeluarkan cairan yang sekaligus menjadi nutrisi untuk tanaman itu sendiri.

“Tanaman ini sangat mungkin dapat menggantikan padi sebagai makanan pokok. Asal, harga jual sorgum bisa stabil dan dihargai layak. Dispertan Wonogiri setiap tahun memprogramkan agar sorgum tetap ditanam di Wonogiri. Meski tidak banyak, ini sebagai upaya agar Wonogiri memiliki banyak komoditas pangan,” jelas Shidiq.

Dia menambahkan, sejak 2009 hingga 2021 produksi sorgum tidak sampai 1.000 ton/tahun. Dalam empat tahun terakhir, jumlah produksi sorgum terbanyak terjadi pada 2020, yaitu sebanyak 535 ton dengan luas panen 225 ha.

Baca Juga: Pernah Tembus Rp100.000/Kg, Segini Harga Cabai di Wonogiri saat Sura

“Pada 202o  ada peningkatan penanaman sorgum karena saat panen 2019 itu harga sorgum senilai Rp6.000/kg. Hal itu karena yang menanam sorgum masih sedikit, luas panen 19 ha, dan permintaannya ada. Setelah itu, harganya anjlok lagi karena pada 2020 banyak yang tanam sorgum. Panen raya tapi permintaannya sedikit. Sampai sekarang luas panen sorgum tidak mencapai 100 ha. Pada 2021, luas panen hanya 54 ha,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya