SOLOPOS.COM - Abon Gajah Mas produksi Winong, Boyolali, siap dibungkus. (Solopos-Ni`matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Sejumlah produsen abon di Boyolali masih mempertahankan harga jual tidak naik walau harga minyak goreng sejak akhir tahun 2021 lalu hingga awal tahun ini masih tinggi.

Produsen abon Gajah Mas, Kholifatun Nisa, saat ditemui Solopos.com di rumah produksinya di Plosokerep, Winong, Boyolali, Minggu (9/1/2022), mengatakan kenaikan harga minyak goreng berdampak bagi usahanya tersebut karena komoditas itu menjadi bahan baku utama proses pembuatan abon.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Secara signifikan pasti berdampak karena bahan baku utama kami salah satunya kan minyak. Imbas biaya produksi naik. Dalam sehari kami butuh sekitar lima hingga tujuh jeriken besar untuk produksi itu, satu jeriken berisi 17 liter minyak goreng,” ungkap Nisa.

Baca juga: Keren, Kampung Edukasi di Lereng Merbabu Boyolali Ajarkan Unggah-Ungguh

Namun, Nisa menceritakan dilema jika ingin menaikkan harga abon karena konsumen sudah terbiasa dengan harga lama.

“Kalau sampai saat ini kita belum berani menaikkan harga abon karena susah. Kita mau naikin harga abon nggak bisa yang langsung ngikutin pangsa pasar bahan baku gitu nggak bisa. Ya contohnya penjual gorengan ya, agak susah. Soalnya pembeli terbiasa dengan harga yang Rp500,” katanya.

Nisa mengungkapkan sebelum naik, harga minyak biasa per jeriken adalah Rp280.000 dan Rp495.000 untuk minyak goreng premium.

“Dulu harga minyak yang biasa per jeriken Rp280.000, sekarang sudah Rp370.000, kemudian minyak yang premium harganya sudah mencapai Rp550.000 dulu Rp495.000,” ungkap Nisa.

Baca juga: Sasar Anak Sekolah, Rica-Rica Mbok Usrek Boyolali Dijual Rp5.000/Porsi

Nisa menjelaskan alasan harga abonnya masih tetap adalah karena masih ada stok minyak goreng dengan harga lama. Namun, jika stok habis maka harga dimungkinkan bisa naik.

“Alhamdulillah kami masih ada stok minyak [harga] lama, jadi masih tertolong dengan itu. Ke depan kalau stok minyak udah habis ya kami belum tahu ke depan seperti apa, bisa jadi naik,” jelas Nisa.

Takut Pasar Lesu Lagi                                            

Nisa mengungkapkan sudah ada wacana harga abon naik, namun dia tidak dapat menaikkan harga tinggi-tinggi.

“Ini sudah ada wacana kenaikan harga, tapi naiknya nggak begitu signifikan. Misal harga abon per kilo [kilogram] Rp100.000 ya nanti ada kenaikan Rp5.000-Rp10.000. Itu tadi yang harga abon yang kelas menengah. Yang biasa harganya Rp30.000-Rp50.000 per kilo, nanti kenaikan harganya nggak bisa tinggi-tinggi, paling naik maksimal Rp5.000,” kata Nisa.

abon boyolali
Anak pemilik Abon Rojo Koyo Boyolali, Turis Maulana, memeriksa abon di tokonya, Senin (10/1/2022). (Solopos-Ni`matul Faizah)

Sejalan dengan Nisa, produsen abon Rojo Koyo, Turis Maulana, juga belum menaikkan abon produksinya. Ia tidak berani menaikkan harga karena takut pasar abon menjadi sepi.

“Sebenarnya harga mau naik, tapi karena pasar baru mulai jalan lagi jadi nggak berani menaikkan harga. Takutnya pasarnya jadi lesu lagi, pasar abon baru mulai rame setelah pandemi Covid-19 mereda ini,” ungkap Turis saat ditemui Solopos.com pada Senin (10/1/2022).

“Kami produksinya seperti biasa, terus penjualan seperti biasa. Ya walaupun untungnya lebih kecil, yang penting untungnya itu bisa nutup untuk gaji karyawan. Pas mau lebaran mungkin harganya bisa mulai naik,” kata Turis.

Baca juga: Di Desa di Boyolali Ini, Warga Bisa Sharing Masalah Keluarga hingga KB

Lebih lanjut, Turis mengatakan minyak goreng yang dibutuhkan untuk pembuatan abon adalah 100 kilogram per dua hari. “Kami stoknya per dua hari itu 100 kilo minyak goreng. Tapi itu dua hari ya, soalnya proses pembuatan abon kan dua hari,” kata Turis.

Turis berharap harga minyak goreng dapat turun seperti kemarin. Menurutnya, harga minyak yang turun dapat membantu produsen untuk tidak repot menaikkan harga barang.

“Harapan kami sih harga minyak goreng bisa turun kayak kemarin. Biar kami nggak ribet naikkan harga barang terus nanti di pasar repot. Ini di pasar habis kena Covid-19 baru pulih kok mau menaikkan harga,” tutup Turis.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya