SOLOPOS.COM - Suasana Pantai Sembukan Wonogiri ditepi laut selatan Jawa dan perbukitan karst menjadi paduan menarik pengunjung untuk berlama-lama menikmati indahnya pantai. Foto diambil Rabu (23/11/2022). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Wilayah Paranggupito di pesisir selatan Wonogiri belakangan menjadi sorotan, tidak hanya karena keindahan alam wisata pantainya yang berpasir putih dengan deretan bukit-bukit kars yang menjadikan pantai tersebut eksotis.

Tapi juga karena kabar terbaru terkait rencana penyitaan aset tanah milik anak bos Batik Keris, Benny Tjokrosaputro, yang divonis penjara seumur hidup dalam kasus korupsi PT Asabri. Tanah milik Benny Tjokro itu di antaranya ada di Desa Paranggupito yang kini sudah berstatus sebagai desa wisata.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Paranggupito ditetapkan sebagai desa wisata sejak 2020 melalui SK Pemkab Wonogiri. Saat ini, mengutip website resmi Pemerintah Desa Paranggupito, desawisataparanggupito.com, desa tersebut sedang bersiap untuk mengikuti ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Diharapkan Parangggupito bisa bersaing dengan desa wisata lain di Indonesia pada 2024 mendatang. Persiapan dilakukan melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mulai dari penyediaan homestay, pendataan homestay, pengembangan desa digital, pembuatan logo desa wisata, dan lain sebagainya.

Dalam persiapan itu, Pokdarwis juga dibantu mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang pada 3 Januari hingga 16 Februari 2023. Ada pun potensi daya tarik wisata di Desa Paranggupito, utamanya adalah pantai yang meliputi Pantai Sembukan, Pantai Klothok, Pantai Njojokan, Pantai Dadapan, dan Pantai Nglojok.

Keberadaan pantai itu sangat mendukung pengembangan Paranggupito, Wonogiri, sebagai desa wisata pada ADWI 2024 nanti. Namun demikian, tidak hanya pantai yang jadi andalan.

Wisata Integrasi dengan Fasilitas Lengkap

Desa Paranggupito bisa dikatakan merupakan desa wisata integrasi antara atraksi, akomodasi, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam sebuah struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tersebut.

Dilansir kemenparekraf.go.id, Desa Wisata Pranggupito berbasis potensi alam, budaya, dan buatan. Desa Wisata Paranggupito yang terletak di ujung selatan Wonogiri berbatasan dengan Pacitan dan DIY memiliki beberapa atraksi yang dapat dinikmati pengunjung.

Selain wisata pantai, ada atraksi reog/jathilan, outbound, susur pantai, dan camping, serta latihan jathilan. Tersedia juga beberapa pilihan homestay untuk para wisatawan yang menginginkan bermalam di desa ini. Wisatawan dapat belajar membuat gula jawa sebagai salah satu program edukasi dari desa wisata ini.

larung kepala sapi laut selatan wonogiri labuhan ageng pantai sembukan desa wisata paranggupito wonogiri
Warga Desa Paranggupito, Wonogiri, membawa kepala sapi dan ubo rampe lainnya ke Pantai Sembukan pada tradisi Labuhan Ageng, Selasa (18/7/2023). (Istimewa)

Kuliner yang dapat dinikmati wisatawan salah satunya adalah sego glinding. Sedangkan fasilitas yang tersedia juga memadai antara lain area parkir, ATM, balai pertemuan, jungle tracking, kamar mandi umum, kuliner, musala, outbound, selfie area, spot foto, dan tempat makan.

Menurut Kemenparekraf, Paranggupito, Wonogiri, termasuk desa wisata berkembang sejak 17 Maret 2022. Untuk mengetahui informasi lebih jauh mengenai desa wisata ini, pengunjung juga dapat mengunjungi akun Instagram mereka @paranggupito_ngangeni.

Desa Paranggupito memiliki ikon yakni Gagak Rimang, yang merupakan sebutan kuda yang ditunggangi oleh Raden Arya Penangsang. “Gagak” menyimbolkan warna hitam dan “rimang” yang berarti ganas. Kuda diibaratkan sebagai nafsu yang dikendalikan dan terarah.

Sejarah Desa Paranggupito dan Asal-Usul Namanya

Simbol Gagak Rimang digambarkan dengan warna hitam dan merah lalu digabungkan dengan warna kuning. Warna hitam mencerminkan kesinambungan dan kelangsungan, sedangkan perpaduan warna merah dan kuning melambngkan semangat membara dalam mencapai kesejahteraan.

Warna merah mengandung makna keberanian. Secara keseluruhan, Gagak Rimang mewakili harapan dan makna bagi warga Desa Paranggupito untuk dengan berani mengendalikan diri mereka dan bersama-sama berpacu menuju Desa Wisata Paranggupito, Wonogiri, dengan tujuan mencapai kesejahteraan warga melalui program desa wisata.

Sedangkan mengenai sejarahnya, konon tidak bisa dilepaskan dari kiprah Raden Mas (RM) Said alias Pangeran Sambernyawa saat berperang melawan Belanda. Dalam perjalanannya, RM Said menemukan tempat pertapaan di Pantai Sembukan di Desa Paranggupito.

Saat itu wilayahnya sempit, berbukit, dan penuh bebatuan, namun sudah dapat dilewati kereta atau kendaraan. Asal-usul nama Paranggupito juga berasal dari kata “parang” yang artinya batuan yang terjal, “gupit” yang artinya tempat yang sempit atau “gupito” yang artinya berbau harum dan “kreto” artinya kereta/kendaraan.

Jika seluruhnya diartikan maka akan bermakna bebatuan yang terjal berkelok, dan berbukit, namun bisa dilewati kereta atau bukit batu yang sempit namun berbau harum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya