Soloraya
Jumat, 15 Juli 2011 - 21:27 WIB

Proses PPDB online di Karanganyar dinilai masih lemah

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi PPDB online SMP. (Dok. Solopos.com)

Karanganyar (Solopos.com) – Proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) atau penerimaan siswa baru PSB) di Karanganyar yang dilakukan secara online dinilai masih lemah. Berbagai permasalahan yang tidak terduga muncul setelah PPDB digelar.

MEMERIKSA JURNAL -- Sejumlah orangtua calon siswa baru mengecek jurnal pengumuman pendaftaran peserta didik baru (PPDB), yang tertempel di papan pengumuman SMPN 5 Karanganyar, belum lama ini. Banyak orangtua calon siswa baru yang masih kebingungan dengan sistem online. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Advertisement
Ketua PPDB Karanganyar, Nur Halimah, mengakui ada sejumlah kelemahan dari PPDB tahun ini. “Kami tidak menyangka dengan sistem online ini ternyata ada siswa yang tidak daftar ulang. Pikir kami kalau siswa sudah diterima, semuanya akan daftar ulang,” ujar Nur Halimah saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Jumat (15/7/2011). Karena ada siswa yang tidak daftar ulang setelah dinyatakan lolos, imbuh Nur, hal itu bisa mengurangi kuota siswa yang sudah ditentukan. Akibatnya, pihak sekolah pun harus mencari siswa lagi untuk menutup kuota.

Nur yang juga Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) itu menerangkan, misal suatu sekolah kuotanya 120 siswa, sistem komputerisasi langsung menyeleksi 120 siswa yang nilainya memenuhi syarat. Sedangkan data siswa di bawah kuota, langsung hilang. Kenyataannya, dari 120 siswa itu, ada yang tidak daftar ulang. “Sistemnya memang seperti itu. Nanti akan kami komunikasikan lebih lanjut ke Telkom sebagai rekanan agar data siswa yang pernah masuk itu tetap ada backup-nya sehingga kami bisa melacaknya kembali bila ada siswa yang tidak daftar ulang. Untuk siswa yang tergeser itu langsung ke sekolah pilihan kedua atau ketiga,” terang Nur. Pihaknya belum memastikan ada berapa anak yang tidak daftar ulang. Dari data yang masuk, siswa itu diterima di SMAN Kebakramat, SMAN Gondangrejo, SMAN Kerjo dan SMPN Jatipuro.

Kurangnya kuota siswa itu, sambung Nur, yakni siswa yang bersangkutan sudah diterima di sekolah lain atau pindah ke luar kota. Sebab beberapa sekolah itu dekat dengan kabupaten lain, seperti Solo dan Sragen. Selain itu, Nur juga mengakui tidak ada komunikasi antarkabupaten dalam PPDB karena memang tidak ada yang mengoordinasikan. Di Karanganyar, pendaftaran harus menggunakan ijazah asli. Sedangkan di daerah lain, siswa boleh menggunakan surat keterangan hasil ujian nasional (SKHUN). “Dengan SKHUN, anak bisa mendaftar di sekolah lain. Itu juga menjadi salah satu faktor ada anak yang tidak daftar ulang karena sudah diterima di sekolah lain,” ungkapnya. Bagi sekolah yang kuota siswanya belum memenuhi, Disdikpora masih memberikan kesempatan kepada sekolah untuk membuka pendaftaran hingga kuotanya terpenuhi.

Advertisement

fas

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif