SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SRAGEN</strong>–Pendapatan para pengemudi angkutan pedesaan jalur Sragen-Gesi dan Sragen-Towo anjlok sampai 50% sejak <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180404/491/908016/infrastruktur-sragen-jembatan-gambiran-nyaris-ambrol-hanya-dibuka-satu-lajur">Jembatan</a> Tanggan dibangun dan trayek dialihkan ke jalan desa sejak sebulan terakhir. Sebelum jembatan dibangun mereka bisa mendapatkan omzet bersih Rp100.000/hari tetapi kini hanya mendapat Rp50.000/hari.</p><p>Pengalihan jalur trayek tersebut dilakukan dengan rekayasa lalu lintas oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Sragen. Seorang sopir bus pedesaan Sragen-Gesi, Heri, 47, saat berbincang dengan <em>Solopos.com</em>, Senin (11/6/2018), jumlah armada bus pedesaan jurusan Sragen-Gesi sebanyak delapan unit dan jurusan Sragen-Towo sebanyak 5 unit. Dia mengaku sejak Jembatan Tanggan dibangun trayek bus juruan Sragen-Gesi dan Sragen-Towo sering bertemu dengan trayek jurusan Sragen-Jatitengah Sukodono.</p><p>Untuk mengatasi itu akhirnya dirapatkan dan dibuatkan trayek baru melewati jalan desa. Heri berpendapat trayek baru itu pun masih terlalu jauh bila dibandingkan trayek sebelumnya.</p><p>&ldquo;Kami harus tombok untuk beli solar berlebih agar bisa melewati trayek baru. Di samping itu banyak penumpang kami yang hilang karena adanya trayek baru. Dampaknya ya ke pendapatan. Biasanya dapat Rp100.000/hari, kini hanya dapat Rp50.000/hari. Padahal <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180611/491/921828/warga-sragen-harus-uji-nyali-saat-lewat-jembatan-darurat-tanggan">pembangunan jembatan itu</a> masih butuh waktu 6 bulan,&rdquo; katanya.</p><p>Dia khawatir bila pembangunan jembatan itu molor maka pendapatannya yang turun itu juga ikutan molor. Dia berharap pekerjaan jembatan itu bisa tepat waktu agar dia bisa mendapatkan penumpang lama dan pendapatannya kembali penuh 100%.</p><p>Kabid Angkutan <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180324/491/905705/perparkiran-sragen-belum-punya-layanan-aduan-parkir-dishub-andalkan-paguyuban">Dishub Sragen</a>, Bintoro Setyadi, mencatat jumlah armada jurusn Sragen-Gesi-Towo ada 18 unit. Bintoro sudah berkoordinasi dengan Kepala Desa Tanggan agar bisa memanfaatkan jalan desa untuk jalur bus pedesaan itu.</p><p>&ldquo;Awalnya masyarakat tidak mau. Akhirnya, masyarakat hanya keberatan bisa digunakan untuk jalur truk dump galian C. Kalau untuk busa pedesaan dibolehkan. Jadi sekarang warga ada yang memasang portal bertujuan untuk menghalau truk galian C,&rdquo; ujarnya.</p><p>Dia menjelaskan jalur itu memang sedikit memutar tetapi tidak begitu jauh bila dibandingkan lewat Jatitengah, Sukodono. Rekayasa pengalihan jalur trayek ini menjadi solusi terbaik dan bisa diterima oleh warga dan pengemudi bus pedesaan.</p>

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya