Soloraya
Jumat, 15 Juni 2018 - 03:00 WIB

Proyek Jembatan Tanggan Sragen Bikin Pendapatan Sopir Anjlok 50%

Redaksi Solopos.com  /  Ivan Andimuhtarom  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SRAGEN</strong>–Pendapatan para pengemudi angkutan pedesaan jalur Sragen-Gesi dan Sragen-Towo anjlok sampai 50% sejak <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180404/491/908016/infrastruktur-sragen-jembatan-gambiran-nyaris-ambrol-hanya-dibuka-satu-lajur">Jembatan</a> Tanggan dibangun dan trayek dialihkan ke jalan desa sejak sebulan terakhir. Sebelum jembatan dibangun mereka bisa mendapatkan omzet bersih Rp100.000/hari tetapi kini hanya mendapat Rp50.000/hari.</p><p>Pengalihan jalur trayek tersebut dilakukan dengan rekayasa lalu lintas oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Sragen. Seorang sopir bus pedesaan Sragen-Gesi, Heri, 47, saat berbincang dengan <em>Solopos.com</em>, Senin (11/6/2018), jumlah armada bus pedesaan jurusan Sragen-Gesi sebanyak delapan unit dan jurusan Sragen-Towo sebanyak 5 unit. Dia mengaku sejak Jembatan Tanggan dibangun trayek bus juruan Sragen-Gesi dan Sragen-Towo sering bertemu dengan trayek jurusan Sragen-Jatitengah Sukodono.</p><p>Untuk mengatasi itu akhirnya dirapatkan dan dibuatkan trayek baru melewati jalan desa. Heri berpendapat trayek baru itu pun masih terlalu jauh bila dibandingkan trayek sebelumnya.</p><p>&ldquo;Kami harus tombok untuk beli solar berlebih agar bisa melewati trayek baru. Di samping itu banyak penumpang kami yang hilang karena adanya trayek baru. Dampaknya ya ke pendapatan. Biasanya dapat Rp100.000/hari, kini hanya dapat Rp50.000/hari. Padahal <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180611/491/921828/warga-sragen-harus-uji-nyali-saat-lewat-jembatan-darurat-tanggan">pembangunan jembatan itu</a> masih butuh waktu 6 bulan,&rdquo; katanya.</p><p>Dia khawatir bila pembangunan jembatan itu molor maka pendapatannya yang turun itu juga ikutan molor. Dia berharap pekerjaan jembatan itu bisa tepat waktu agar dia bisa mendapatkan penumpang lama dan pendapatannya kembali penuh 100%.</p><p>Kabid Angkutan <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180324/491/905705/perparkiran-sragen-belum-punya-layanan-aduan-parkir-dishub-andalkan-paguyuban">Dishub Sragen</a>, Bintoro Setyadi, mencatat jumlah armada jurusn Sragen-Gesi-Towo ada 18 unit. Bintoro sudah berkoordinasi dengan Kepala Desa Tanggan agar bisa memanfaatkan jalan desa untuk jalur bus pedesaan itu.</p><p>&ldquo;Awalnya masyarakat tidak mau. Akhirnya, masyarakat hanya keberatan bisa digunakan untuk jalur truk dump galian C. Kalau untuk busa pedesaan dibolehkan. Jadi sekarang warga ada yang memasang portal bertujuan untuk menghalau truk galian C,&rdquo; ujarnya.</p><p>Dia menjelaskan jalur itu memang sedikit memutar tetapi tidak begitu jauh bila dibandingkan lewat Jatitengah, Sukodono. Rekayasa pengalihan jalur trayek ini menjadi solusi terbaik dan bisa diterima oleh warga dan pengemudi bus pedesaan.</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif