Solopos.com, WONOGIRI—Puji Raharjo, 52, warga Lingkungan Salak, Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, memarkirkan kendaraannya di depan Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Wonogiri, Rabu (23/2/2022), sekira pukul 09.30 WIB.
“Katanya ada pasar murah, tapi saya belum tahu kalau ternyata harus memakai kupon,” kata Puji saat berbincang dengan Solopos.com.
Dia mengaku mendapat informasi pasar murah minyak goreng yang diadakan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Wonogiri dari saudaranya. Tapi saat ia datang, karena tak membawa kupon sebagai persyaratan, Puji sempat ditolak panitia lalu bermaksud pulang.
Baca Juga: Operasi Pasar Minyak Goreng di Wonogiri Tinggal Menunggu Jadwal
Baca Juga: Operasi Pasar Minyak Goreng di Wonogiri Tinggal Menunggu Jadwal
Meski begitu, tak lama kemudian salah satu panitia menghampirinya setelah Puji bersiap pergi. Akhirnya ia mendapat 1 liter minyak goreng kemasan.
Ia bercerita, sejak pemerintah menurunkan kebijakan minyak goreng satu harga Rp14.000/liter, Puji selalu berburu ke toko-toko retail modern yang menjual minyak goreng murah.
Baca Juga: 300 Liter Minyak Goreng Ludes 1,5 Jam di Pasar Murah Tagana Wonogiri
“Biasanya di Toko Maju, saya biasa membeli 2 liter langsung, seharga Rp28.000. Kebutuhan minyak sebesar itu bisa saya gunakan dalam waktu satu minggu,” ucap Puji.
Ia juga menjelaskan penggunaan minyak goreng diperuntukkan konsumsi sehari-hari keluarganya, bukan berdagang. Sejumlah 2 liter itu, sambung Puji, dapat mencukupi kebutuhan pangan empat anggota keluarga di rumahnya.
Dan jika tak mendapatkan minyak goreng dari toko, kadang kala diakali dengan meminjam stok minyak goreng tetangganya. Tentunya jika Puji sudah mendapat minyak goreng di toko, ia berkewajiban mengembalikan minyak goreng yang dipinjam dari tetangganya.
Baca Juga: Pasar Murah, Tagana Wonogiri Jual Minyak Goreng Rp14.000/Liter
Permasalahan langkanya minyak goreng dan tak kunjung turunnya harga minyak goreng secara merata, disesalkan warga Kelurahan Giripurwo tersebut. “Harusnya segera dicari akar permasalahannya,” ucap Puji.
“Perkebunan sawit yang banyak dimiliki Indonesia, kok minyak goreng bisa susah dicari atau bahkan enggak ada. Padahal minyak goreng itu kan kebutuhan utama mayoritas masyarakat,” kata Puji melanjutkan keluhannya, lalu mengegas motornya untuk pulang ke rumah.