SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat koleksi lukisan dari puluhan perupa Indonesia dalam pameran bertajuk Jateng Gayeng di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) yang berlangsung Sabtu-Jumat (19-25/8/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Puluhan perupa Indonesia berusaha menggambarkan Jawa Tengah dalam gelaran pameran bertajuk Jateng Gayeng di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Sabtu-Jumat (19-25/8/2023).

Pameran yang juga diikuti seniman dari luar pulau Jawa itu berhasil melukiskan budaya, tempat bersejarah, sampai peristiwa di Jawa Tengah (Jateng). 

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Misal lukisan karya Prihadi Mulyono berjudul Tergerus Zaman (2023). Lukisan realis itu seakan memindah relief candi ke dalam lukisan. Lukisan Prihadi mewakili Jawa Tengah yang kaya akan peninggalan candi di masa lalu.

Lukisan lain seperti karya perupa Bali, I Made Sutarjaya yang diberi judul Ekspresi Tari Bedhaya Ketawang (2023). Lukisan cat air dengan media kanvas itu, seperti judulnya, melukiskan tarian khas Keraton yakni Tari Bedhaya Ketawang. Goresan I Made mewakili kekayaan seni tari Jawa Tengah. 

Tidak luput dari perhatian para perupa, kuliner turut dilukis. Seperti karya Jhonatan Bahtiyar berjudul Gudeng dan Tengkleng. Seperti judulnya, seakan kelezatan makanan yang sering ditemui di Jawa itu pindah ke dua panel kanvas berukuran 38 cm x 50 cm.

Kurator Pameran Jateng Gayeng, I Gus Nengah Nurata menyebut para perupa pada pemeran ini memang sengaja menggambarkan kekayaan Jawa Tengah. Terlebih menurutnya Jateng memiliki kekayaan alam, adat istiadat, seni dan budaya.

“Peserta pameran memang berusaha melukiskan Jawa Tengah, melihatnya dari sudut pandang masing-masing perupa,” kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (23/8/2023).

Pada pameran itu, kata dia, para perupa juga melukiskan permasalahan sosial yang terjadi di Jateng. Seperti karya perupa asal Gorontalo, Komang Wastra berjudul Tanah untuk Rakyat. 

Dalam lukisan itu terekam seorang ibu memakai caping, kebaya putih, selendang merah, dan jarit sedang menyemen kakinya sendiri di balok kayu. Lukisan itu mengingatkan protes penolakan pabrik semen oleh ibu-ibu Kendeng.

Nurata memiliki harapan melalui para lukisan dari perupa Indonesia ini cukup mewakili dan merekam apapun yang ada di Jateng. Lebih jauh dia ingin agar pameran ini memiliki kontribusi positif.

“Semoga ke depan karya-karya seni rupa dari perupa Indonesia asal Papua sampai Sumatra yang terjaring dan berpartisipasi dalam pameran ini semakin kreatif,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya