SOLOPOS.COM - Pemilik Sanggar Panggah Laras, Panggah, memainkan gamelan bersama fasilitator dari BNPT di sanggar yang berada di Desa Pundungsari, Kecamatan Trucuk, Selasa (28/12/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENDesa Pundungsari, Kecamatan Trucuk, Klaten, diproyeksikan menjadi desa percontohan penangkalan paham radikalisme. Salah satu program yang digulirkan melalui pendekatan kearifan lokal.

Pundungsari menjadi salah satu dari 26 desa/kelurahan di Indonesia yang mendapatkan pendampingan program sinergitas antarkementerian dan lembaga yang dikomandoi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Di Pundungsari sudah dibentuk Forum Kearifan Lokal Dadi Rukun Pundungsari yang salah satunya mengampanyekan nilai-nilai pancasila.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Fasilitator Daerah Sinergitas Kementerian/Lembaga dari BNPT, Arka Shunu, mengatakan program tersebut sudah bergulir di Pundungsari setahun terakhir. Salah satu program yang dilakukan yakni pendekatan pada kearifan lokal melalui kesenian gamelan dan wayang kulit. Program tersebut menggandeng salah satu sanggar seni di Pundungsari bernama Panggah Laras.

Baca Juga: Longsor di Tirtomoyo Wonogiri Bertambah, Warga Diminta Sadar Mitigasi

Selain pendekatan kearifan lokal, Arka menjelaskan program yang digulirkan melalui pendekatan ekonomi warga. Di desa tersebut dibentuk kelompok pengembangan peternakan kambing.

“Dari Kementerian Sosial memberikan bantuan untuk pengembangan peternakan kambing yang dikelola kelompok masyarakat. Selain itu ada bantuan berupa pengadaan gamelan dan wayang kulit. Total bantuan yang diberikan Rp50 juta. Harapannya, selain bisa membentengi masyarakat dari paham radikalisme, program ini juga bisa membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat,” kata Arka saat ditemui di Desa Pundungsari, Selasa (28/12/2021).

Arka mengatakan program itu digulirkan di Pundungsari menyusul sempat ada stigma radikal terhadap salah satu pondok pesantren di desa tersebut. “Tetapi dari pondok sebenarnya sudah nasionalis. Pengurus pondok terbuka dan membaur dengan masyarakat. Untuk menghapus stigma itu, termasuk mengampanyekan kontra radikalisme, kemudian diberikan program ini,” jelas dia.

Baca Juga: Tebar Ikan Gabus di Waduk Pidekso, Jokowi Diminta Tebar Nila

Arka berharap melalui pendampingan yang diberikan, pemahaman warga Pundungsari tentang antiradikalisme kian kuat. Pundungsari diproyeksikan menjadi percontohan di Klaten sebagai desa antiradikalisme. “Tentu saja pendampingan tetap diberikan. Secara rutin ada edukasi mengenai penangkalan radikalisme terus dilakukan,” urai dia.

Pemilik Sanggar Panggah Laras, Panggah, mengatakan sanggar miliknya kerap menjadi tempat latihan warga dari berbagai kelompok. Tak terkecuali dari siswa SD. Sebelum pandemi Covid-19, sanggar itu menjadi tempat latihan untuk 125 anak.

Soal upaya menangkal paham radikalisme, Panggah mengatakan selama ini kerap diselipkan edukasi di sela latihan-latihan. Hal itu juga dilakukan Panggah ketika mendapatkan tanggapan mendalang.

Baca Juga: Ada Waduk Pidekso, Petani Wonogiri Bisa Tanam Padi 3 Kali Setahun

“Kalau saya sebagai seniman ya pendekatannya ketika manggung. Saya selipkan pemahaman tentang antiradikalisme di sela-sela manggung,” kata Panggah yang juga terlibat sebagai pengurus Forum Kearifan Lokal Dadi Rukun Pundungsari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya