SOLOPOS.COM - Pengendara motor melintas di jalan depan pabrik PT JS Corp di Desa Butuh, Mojosongo, Boyolali, Rabu (25/10/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Desa Butuh di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, menjadi magnet bagi kalangan industri untuk mendirikan pabrik sejak 2006-2007. Hingga saat ini total sudah tujuh perusahaan yang mendirikan pabrik dengan serapan tenaga kerja mencapai 18.000-an orang.

Selain karena merupakan kawasan peruntukan industri, Desa Butuh juga memiliki lokasi strategis dengan akses yang mudah. Jaraknya hanya 2 kilometer (km) arah timur dari Alun-alun Kidul Boyolali.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dari alun-alun menuju Kelurahan Kemiri. Lokasi Desa Butuh berada di sebelah timur Kelurahan Kemiri. Waktu tempuhnya hanya sekitar 5 menit naik sepeda motor.

Kepala Desa (Kades) Butuh, Mojosongo, Boyolali, Agus Haryono, menjelaskan tujuh perusahaan yang mendirikan pabrik di desanya adalah PT Pan Brothers, PT Prima Sejati Sejahtera (PSS), PT JS Corp, PT Cosmic, PT Prima Kreasi Gemilang  Bengawan Solo Garment Indonesia (BSGI), dan PT Jayatama Selaras.

Agus mengatakan dari tujuh perusahaan itu, paling besar adalah PT Pan Brothers yang berlokasi di Dukuh/Desa Butuh RT 001/RW 002. Kemudian, PT PSS berada satu lokasi dengan PT Pan Brothers namun berbeda manajemen.

Kemudian PT JS Corp juga berada di Dukuh/Desa Butuh RT 001/RW 002. Tiga perusahaan tersebut, jelas Agus, merupakan tiga besar pabrik di Butuh.

Lalu, Agus menyebut ada dua perusahaan yang lebih kecil yaitu PT Prima Kreasi Gemilang (PKG) dan PT Cosmic yang punya pabrik di RT 006/RW 001 Dukuh/Desa Butuh, Mojosongo, Boyolali.

Ada juga BSGI sebagai perusahaan yang paling lama di Butuh. Sementara perusahaan plastik PT Jayatama berlokasi di Dukuh Ngaglik RT 005/RW 002, Desa Butuh. Ia menyebut ada lagi satu lagi, perusahaan kedelapan yang mendirikan pabrik di Butuh yakni perusahaan percetakan yang akan diluncurkan di Dukuh Ngaglik.

“Tujuh perusahaan itu kalau saya jumlahkan karyawan mereka hampir 18.000 orang,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (25/10/2023).

Dampak Positif dan Negatif

Agus menceritakan masih ada beberapa investor yang bertanya kepadanya terkait ketersediaan lahan di Desa Butuh. Hal tersebut karena Butuh masuk zona kawasan peruntukan industri (KPI).

Menurutnya, belum ada desa yang memiliki pabrik sebanyak Butuh. Dengan adanya tujuh pabrik di Butuh, Agus mengungkapkan ada dampak negatif dan positif.

Ia menjelaskan luas lahan Desa Butuh sekitar 200 hektare dan 48 persennya digunakan sebagai bangunan pabrik serta permukiman warga. Sisanya merupakan lahan pertanian.

Mengenai dampak negatif yang dirasakan warga dengan banyaknya pabrik di Desa Butuh, Mojosongo, Boyolali, Agus mencontohkan terkait sampah yang membuat kawasan menjadi kumuh.

Kemudian, ada kemacetan pada jam berangkat dan pulang karyawan pabrik. Kemacetan tersebut sempat mengganggu petani. Ia menjelaskan petani sempat kesulitan menyeberang jalan saat para pekerja di pabrik berangkat dan pulang.

Ribuan pekerja pabrik keluar bersamaan, tutur Agus, membuat petani sulit menyeberang. Namun, seiring waktu berjalan, petani beradaptasi untuk tidak berangkat ke ladang bersamaan dengan pegawai pabrik.

“Sebenarnya perusahaan sudah membuat jeda 30 menit, tapi kan untuk ribuan orang kan masih nyambung. Pulangnya juga sama dijeda 30 menit, tapi ya masih nyambung,” kata dia.

Terkait masalah sampah, Pemdes Butuh mengelola sampah dengan metode Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Produk-produk dari TPS3R Desa Butuh kemudian diolah menjadi pupuk organik juga pemberdayaan maggot dan sebagainya.

Di sisi lain, banyaknya pabrik di Desa Butuh, Mojosongo, Boyolali, membuat bantuan mengalir baik dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali dan corporate social responsibility (CSR) perusahaan.

Terakhir, TPS3R Desa Butuh mendapatkan bantuan alat angkut sampah dari Pertamina Patra Niaga Terminal Teras. Pemdes juga menganggarkan Rp12 juta per tahun untuk menghidupkan TPS3R Butuh.

Muncul Peluang Usaha Baru

Kemudian, dari tujuh perusahaan tersebut tiap tahunnya juga membantu pembangunan di Desa Butuh. Total bantuan yang diterima dari tujuh perusahaan tersebut ada sekitar Rp70 juta yang tercatat masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa.

Dampak positif lainnya, kata Agus, yakni mengangkat ekonomi warga sekitar. Selain ada warga yang bergabung menjadi pekerja, ada pula yang membangun indekos, penitipan sepeda motor, berjualan makanan, laundry pakaian, dan lain sebagainya.

“Yang jualan makanan itu laku, soalnya dari 18.000 [pekerja] itu kan 30 persen indekos di Butuh, mendekati 6.000 orang. Yang ngekos terus masak itu kan persentasenya kecil sekali, kan inginnya praktis,” jelas dia.

Walaupun banyak pabrik di Desa Butuh, Boyolali, hanya sekitar 300 dari sekitar 2.700-an warga Butuh yang menjadi pekerja pabrik. Sedangkan jumlah terbanyak masih bekerja sebagai petani.

Nur Umi, 30, menjadi salah satu warga yang merasakan dampak positif hadirnya pabrik di Desa Butuh. Ia membuka usaha berjualan makanan di timur pabrik PT JS Corp.



“Saya biasanya hanya mengajar mengaji pas sore. Kemudian, untuk menambah pundi-pundi penghasilan dan juga menangkap peluang, saya jualan ayam tepung goreng,” kata dia.

Ia menjelaskan orang yang mencari peruntungan dengan berjualan makanan di pinggiran jalan Butuh bukan hanya warga setempat. Nur menyebut beberapa orang yang berjualan di sampingnya merupakan pedagang dari luar daerah seperti Wonogiri, Lamongan, Salatiga, dan lokal Boyolali seperti Musuk.

“Ada juga yang orang sini buat usaha, tapi nanti buka loker [lowongan kerja], nanti yang mengisi orang dari lokal Boyolali tapi bukan dari Butuh. Intinya di sini bisa menangkap potensi ekonomi dari pekerja pabrik,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya