SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Suharsih/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Suharsih/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO–Tanaman padi di areal persawahan tadah hujan seluas 50 hektare di Desa Tiyaran, Kecamatan Bulu,Sukoharjo terancam puso akibat minimnya curah hujan satu bulan terakhir.  Lahan pertanian saat ini mulai mengering dan tanaman diperkirakan hanya mampu bertahan dalam dua pekan ke depan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Hal itu seperti diungkapkan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Tani Manunggal Desa Tiyaran saat dijumpai akhir pekan kemarin. Lebih rinci ia mengatakan dari total areal sawah seluas 116 hektare di Tiyaran, sekitar 80-an hektare merupakan areal tadah hujan.

“Pola penanaman areal tadah hujan lain dengan sawah irigasi teknis. Sekarang tanaman sudah usia antara 40 hari sampai 50 hari dan hampir berbuah. Tapi jika tidak ada hujan dalam setengah bulan ke depan, tanaman akan mengalami gagal panen,” ungkapnya kepada Solopos.com di Bulu.

Terlebih sebagian sumur tancep yang telah beberapa kali dimanfaatkan untuk pengairan tanaman selama tidak ada hujan, sumur kemudian justru mengering dan ketersediaan airnya sulit diandalkan.

Sumur Tancep Dadakan

Sunarno menambahkan dalam upaya menyelematkan tanaman, beberapa petani membuat sumur tancep secara dadakan. Dalam satu pekan terakhir, kata dia, setidaknya terdapat tujuh sumur baru yang diharapkan dapat membantu pengairan tanaman agar tidak mengering dan akhirnya mati.

“Kalau ada hujan dalam waktu dekat, barangkali tanaman masih bisa diselamatkan dan bisa panen sampai sekitar 80-an persen. Sebaliknya jika tidak ada hujan, hampir dipastikan puso,” jelasnya lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya