Soloraya
Jumat, 5 April 2024 - 05:17 WIB

Putus Isu Politik Dinasti, Pilkada Solo Butuh Figur Alternatif

Brand Content  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rudy Indijarto Sugiharto (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Dinamika menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Solo yang semakin menghangat belakangan ini menuntut munculnya figur alternatif yang harapannya bisa memberikan warna yang berbeda pada pesta demokrasi lokal tahun ini.

Figur-figur alternatif itu juga diharapkan bisa menciptakan pilkada yang bersih, berkapabilitas, dan jauh dari isu politik dinasti. Seperti diketahui, isu politik dinasti terus mengalir sejak awal Pilpres bahkan setelah Pilpres hingga menjelang Pilkada 2024.

Advertisement

Politik dinasti secara umum bukan lagi menjadi isu nasional dengan majunya putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presinden, tetapi pada dasarnya sudah banyak terjadi di banyak daerah. Sukoharjo, misalnya, tampuk kepemimpinan Bupati Wardoyo dilanjutkan istrinya, Etik Suryani. Karanganyar, dari Bupati Juliyatmono juga digadang-gadang akan dilanjutkan putranya, Ilyas Akbar Almadani.

Yang sempat ramai karena akhirnya tersandung kasus korupsi adalah Dinasti Ratu Atut Chosiyah di Banten. Kita belum bicara Klaten yang sejak tahun 2000 dikuasai dua keluarga yakni Sunarna dan Haryanto. Jadi sebenarnya dinasti politik tidak hanya ada di Solo, tapi di banyak daerah.

Advertisement

Yang sempat ramai karena akhirnya tersandung kasus korupsi adalah Dinasti Ratu Atut Chosiyah di Banten. Kita belum bicara Klaten yang sejak tahun 2000 dikuasai dua keluarga yakni Sunarna dan Haryanto. Jadi sebenarnya dinasti politik tidak hanya ada di Solo, tapi di banyak daerah.

Rudy Indijarto Sugiharto, seorang pengusaha tekstil Kota Solo belakangan ini masuk dalam bursa elektoral Pilkada Kota Solo 2024. Kemunculannya dilatarbelakangi kontribusi dan dedikasi untuk industri dan perekonomian Kota Solo selama kurang lebih 30 tahun.

Rudy muncul dengan harapan rotasi kekuasaan dalam pilkada kembali sehat, terbuka dan independen untuk menjaga marwah demokrasi dan konstitusi bangsa. Maka, Pilkada Solo 2024 diharapkan mampu menjadi role model dan pemulihan akan proses dan potret demokrasi yang sehat dan bermartabat bersama calon yang dari rakyat untuk rakyat dan tumbuh bersama rakyat.

Advertisement

Rudy bisa menjadi figur alternatif setelah sebelumnya muncul figur-figur potensial dengan latar belakang mayoritas sebagai politikus. Kesuksesan Rudy patut menjadi pertimbangan. Dia sukses tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun berdampak bagi rakyat Solo dan sekitarnya, kerja kerasnya membangun perekonomian Kota Solo melalui perekonomian kerakyatan salah satunya UMKM sudah tidak bisa diragukan lagi.

Rudy lahir dari rakyat, tokoh independen namun mandiri secara konsep dan pengembangan perekonomian kerakyatan di Kota Solo untuk mewujudkan keberlangsungan menuju Indonesia Emas 2045. Hal yang menjadi catatan penting saat ini adalah Rudy Indijarto calon pemimpin independen yang berorientasikan pada kepentingan rakyat Solo.

Hal itu karena Rudy tidak berasal dari lingkaran kekuasaan dan tidak lahir dari dinasti manapun. Ia digadang menjadi calon wali kota Solo yang memutus potensi politik dinasti atau pemimpin yang dipersiapkan dari lingkaran kekuasaan yang sarat kepentingan dan kontroversi.

Advertisement

Menanggapi hal tersebut, pengamat politik RAj. Mayyasari Timur Gondokusumo mengatakan Solo maupun seluruh daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia seyogyanya harus menegakkan sistem pilkada yang bersih, independen, berorientasi kapabilitas, bukan connectivity maupun nepotisme.

Agar rotasi kekuasaan dan demokrasi berjalan sehat maka perlu adanya pemimpin baru yang visioner dan independen yang memiliki kompeten dan capability dalam leadership.

“Harapan saya di dalam penokohan calon pemimpin Solo di Pilkada Solo yang bermartabat dan mengedepankan kapabilitas, karakter, kontribusi serta dedikasi sang tokoh kepada Kota Solo, tidak membawa isu SARA dalam pilkada. Terlebih sangat tidak disarankan pemimpin yang sarat potensi nepotisme maupun dinasti,” kata Mayyasari.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif