Soloraya
Selasa, 11 Oktober 2011 - 20:21 WIB

Putus sekolah di Kelurahan Sewu didominasi dampak pergaulan buruk

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PERGAULAN -- Sejumlah anak jalanan yang tertangkap dalam razia kepolisian di Solo beberapa waktu lalu. Pergaulan yang buruk disebut menjadi salah satu penyebab kasus putus sekolah anak-anak di perkotaan. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Solo (Solopos.com) – Sekitar 21 anak dari lima wilayah rukun warga (RW) di Kelurahan Sewu, Jebres, mengalami putus sekolah, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

PERGAULAN -- Sejumlah anak jalanan yang tertangkap dalam razia kepolisian di Solo beberapa waktu lalu. Pergaulan yang buruk disebut menjadi salah satu penyebab kasus putus sekolah anak-anak di perkotaan. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Advertisement
Data yang merupakan hasil pemetaan kader Komunitas Perempuan Sewu (KPS), Jebres, itu diungkap dalam diskusi Perempuan Sewu Berbicara, Selasa (11/10/2011), di Gedung Pamrih kelurahan setempat. Komunitas Perempuan Sewu yang merupakan kelompok dampingan dari Spek HAM melakukan pemetaan menggunakan pendekatan transek atau melihat kondisi lapangan secara langsung. Diskusi dihadiri Lurah Sewu, S Budi Hartono dan para perempuan kader Komunitas Perempuan Sewu.

Wakil Ketua Komunitas Perempuan Sewu, Mulyawati saat ditemui Espos di sela acara menjelaskan, 21 anak putus sekolah tersebar di wilayah RW I, RW II, RW VII, RW VIII dan RW IX. Angka anak putus sekolah paling banyak terjadi d wilayah RT 3/RW VII dengan 10 anak terdiri empat anak tingkat sekolah menengah atas (SMA), tiga anak tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan tiga anak tingkat sekolah dasar (SD). Disusul wilayah RW II dan RW VIII masing-masing empat anak, lalu RW IX dengan tiga anak.

Penyebab puluhan anak itu putus sekolah bervariasi mulai dari faktor lingkungan pergaulan yang buruk hingga tidak mampu secara ekonomi. Namun merujuk catatan Komunitas Perempuan Sewu, dari 21 anak, yang putus sekolah lantaran faktor ekonomi hanya satu orang. Anak asal RT 3/RW VII itu berasal dari keluarga tidak mampu. Selama ini dia beberapa kali tidak naik kelas. “Mayoritas anak putus sekolah justru karena faktor lingkungan pergaulan yang buruk, bukan karena alasan ekonomi. Diantara mereka ada yang anak dari pedagang di Pasar Klewer dan pengusaha furnitur,” ujar Mulyawati.

Advertisement

Dia menerangkan anak-anak putus sekolah tersebut kemudian menjadi pekerja anak. Namun lantaran minimnya pendidikan, mereka hanya mendapatkan pekerjaan seadanya. Mulyawati berharap data Komunitas Perempuan Sewu tersebut bisa menjadi salah satu acuan pemerintah dalam menentukan program kebijakan. Lebih dari itu Komunitas Perempuan Sewu juga siap dilibatkan dalam berbagai pendataan baik dalam lingkup kesehatan, pendidikan, lingkungan dan sosial.

Lurah Sewu, S Budi Hartono mengapresiasi positif pendataan yang dilakukan Komunitas Perempuan Sewu. Menurut dia hasil pendataan pasti akan menjadi referensi pemerintah dalam penentuan program kerja/kebijakan.

kur

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif