Soloraya
Senin, 29 Agustus 2022 - 15:50 WIB

Rahasia 2 Objek Diduga Cagar Budaya di Wonogiri Tetap Terawat hingga Sekarang

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Papan struktur organisasi Paguyuban Astana Gunung Giri yang terpasang di area astana setempat di Kabupaten Wonogiri. Foto diambil, Senin (29/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Para pencinta budaya di Wonogiri dan berbagai daerah di Soloraya membentuk paguyuban di Pertapaan Sendang Siwani dan Astana Gunung Giri. Upaya itu sebagai bentuk turut serta melestarikan tempat yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi.

Paguyuban Sendang Siwani dibentuk sekitar tiga tahun lalu. Sedangkan, Paguyuban Astana Gunung Giri dibentuk 4-5 tahun lalu. Anggotanya berasal dari masyarakat setempat dan Soloraya.

Advertisement

Juru Kunci Sendang Siwani, Slamet Riyadi, mengatakan, pembentukan paguyuban di sendang setempat bermula dari kesulitannya mengelola tempat pertapaan dan bersejarah itu secara sendirian. Sepeninggal ayah sekaligus juru kunci terdahulu, Demang Supardi atau dikenal Mbah Pardi, Slamet merasa perlu membentuk perkumpulan agar Sendang Siwani tetap hidup.

“Setelah itu, saya membentuk paguyuban dan memiliki struktur kepengurusan. Jumlahnya belasan orang,” kata Slamet kepada Solopos.com, Sabtu (27/8/2022).

Advertisement

“Setelah itu, saya membentuk paguyuban dan memiliki struktur kepengurusan. Jumlahnya belasan orang,” kata Slamet kepada Solopos.com, Sabtu (27/8/2022).

Seusai dibentuk, paguyuban itu mengadakan pertemuan rutin setiap dua pekan sekali. Hal itu termasuk kegiatan bakti sosial. Tujuannya, agar rasa persaudaraan terjalin baik dan berimbas pada semangat tetap merawat Sendang Siwani.

Baca Juga: Buang Sial, 21 Orang Ikut Ruwatan Massal di Pertapaan Sendang Siwani Wonogiri

Advertisement

Terpisah, Juru Kunci Astana Gunung Giri, Badrun, menilai, keberadaan paguyuban di petilasan Sunan Giri berdampak positif. Hal ini lantaran objek diduga cagar budaya di tengah Alas Kethu itu lebih terawat.

“Kalau sebelum ada paguyuban, di sini gelap, enggak ada lampu sama sekali. Sekarang alhamdulillah, mulai ada pemasangan listrik, lampu, dan air. Itu semua berkat dana iuran anggota paguyuban,” kata Badrun kepada Solopos.com, Senin (29/8/2022).

Berdasar data yang dihimpun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Kabupaten Wonogiri memiliki 81 objek diduga cagar budaya. Dari puluhan objek tersebut, belum ada satu pun yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal ini membuat pembentukan paguyuban di sekitar cagar budaya menjadi penting.

Advertisement

Baca Juga: Hypermarket Terbesar Asia Dibangun di Jebres Solo, Groundbreaking November

Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Eko Sunarsono, mengatakan keberadaan paguyuban sebenarnya sudah dibentuk di banyak objek diduga cagar budaya.

“Pembentukan paguyuban itu kan sebenarnya lebih berdampak positif. Soalnya bisa membantu agar keberadaan cagar budaya lebih hidup dan terawat,” ulasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif