Soloraya
Minggu, 30 Juli 2023 - 14:29 WIB

Raih Omzet Rp3 Miliar, Warga di Sendang Kun Gerit Sragen Gelar Kirab Budaya

Tri Rahayu  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Puluhan warga Desa Jatibatur, Gemolong, Sragen, melakukan kirab dengan membaaa air sendang Kun Gerit menuju pintu gerbang, Mingggu (30/7/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN–Puluhan warga Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Sragen, menggelar kirab tujuh nasi tumpeng saat memperingati setahun lahirnya Objek Wisata Sendang Kun Gerit Jatibatur, Minggu (30/7/2023). Sendang Kun Gerit dibuka kali pertama pada 31 Juli 2022 dan selama setahun omzet mencapai di atas Rp3 miliar.

Kirab tujuh tumpeng itu sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas perkembangan Sendang Kun Gerit Gemolong yang cukup pesat. Kirab tersebut dimulai dari Pendapa Kun Gerit menuju ke Sendang Kun Gerit yang berada di dekat kolam pemandian.

Advertisement

Tujuh tumpeng itu dibawa ke pelataran sendang dan doakan oleh sesepuh desa. Setelah didoakan, sesepuh desa megambil air sendang, lalu dikirab ke pintu gerbang Sendang Kun Gerit.

Kirab itu menjadi atraksi wisata baru di Sendang Kun Gerit yang dikonsep dengan Gelaran Budaya Jatibatur 2023. Dalam gelaran budaya itu, tak hanya kirab yang jadi daya tarik, pengunjung juga disajikan atraksi kesenian rodatan dari Bukuran, Kalijambe, Sragen.

Advertisement

Kirab itu menjadi atraksi wisata baru di Sendang Kun Gerit yang dikonsep dengan Gelaran Budaya Jatibatur 2023. Dalam gelaran budaya itu, tak hanya kirab yang jadi daya tarik, pengunjung juga disajikan atraksi kesenian rodatan dari Bukuran, Kalijambe, Sragen.

Ada juga kesenian tayuban dan tari gambyong. Atraksi budaya itu digelar dari pagi hingga malam hari yang ditutup dengan pergelaran wayang kulit dengan lakon Babad Alas Wanamarta oleh Ki Kangko Boyolali.

“Dulu, air sendang ini membeludak ke sungai. Orang jauh-jauh mengambil air ke sendang ini. Ada watu ampyang di dekat sendang yang sekarang digunakan untuk jual tiket masuk. Ada sesepuh dulu yang bilang kalau batu ampyang itu terguling maka air sendang tak enak diminum. Ternyata benar, batu itu terguling dan sumbernya mampet,” ujar sesepuh Desa Jatibatur, Pariman, 75, saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu siang.

Advertisement

“Kirab tujuh tumpeng itu sebagai wujud syukur dengan sedekahan. Setelah dikirap tujuh tumpeng itu dibagikan ke pengunjung. Tujuh itu dalam bahasa Jawa pitu dan diartikan dengan pitulungan [pertolongan],” katanya.

Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Sumber Rejeki Desa Jatibatur, Gemolong, Sugiman Totok, menyampaikan rangkaian Gelaran Budaya Jatibatur merupakan peringatan setahun Objek Wisata Sendang Kun Gerit Gemolong.

Totok, sapaan akrabnya, menyampaikan pada awal pembukaan omsetnya masih kecil, sekiyar Rp150 juta per bulan. Namun, dalam perkembangannya omzet terus naik seiring dengan pengembanhan objek.

Advertisement

Totok menyebut sejak Desember 2022 hingga kini omzet rata-rata Rp400 jutaan per bulan. Jadi dalam setahun pertama ini, kata dia, omzet kotor total mencapai di atas Rp3 miliar.

Totok mengatakan sebagai wujud syukur setahun itulah serangkaian budaya lokal dihidupkan kembali, seperti kirab untuk menguri-uri budaya Jawa yang hampir punah. Dia mengatakan tujuh tumpeng yang dikirab itu terdiri atas tumpeng bucengan kuning dan enam tumpeng ingkung.

“Tujuh tumpeng itu simbol pitulungan Tuhan. Kirab ini belum pernah ada sebelumnya. Ke depan, kirab ini akan jadi event tahunan di Sendang Kun Gerit. Budaya Jawa itu juga sebagai sarana edukasi bagi generasi muda,” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif