SOLOPOS.COM - Puluhan warga Desa Jatibatur, Gemolong, Sragen, melakukan kirab dengan membaaa air sendang Kun Gerit menuju pintu gerbang, Mingggu (30/7/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN–Puluhan warga Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Sragen, menggelar kirab tujuh nasi tumpeng saat memperingati setahun lahirnya Objek Wisata Sendang Kun Gerit Jatibatur, Minggu (30/7/2023). Sendang Kun Gerit dibuka kali pertama pada 31 Juli 2022 dan selama setahun omzet mencapai di atas Rp3 miliar.

Kirab tujuh tumpeng itu sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas perkembangan Sendang Kun Gerit Gemolong yang cukup pesat. Kirab tersebut dimulai dari Pendapa Kun Gerit menuju ke Sendang Kun Gerit yang berada di dekat kolam pemandian.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Tujuh tumpeng itu dibawa ke pelataran sendang dan doakan oleh sesepuh desa. Setelah didoakan, sesepuh desa megambil air sendang, lalu dikirab ke pintu gerbang Sendang Kun Gerit.

Kirab itu menjadi atraksi wisata baru di Sendang Kun Gerit yang dikonsep dengan Gelaran Budaya Jatibatur 2023. Dalam gelaran budaya itu, tak hanya kirab yang jadi daya tarik, pengunjung juga disajikan atraksi kesenian rodatan dari Bukuran, Kalijambe, Sragen.

Ada juga kesenian tayuban dan tari gambyong. Atraksi budaya itu digelar dari pagi hingga malam hari yang ditutup dengan pergelaran wayang kulit dengan lakon Babad Alas Wanamarta oleh Ki Kangko Boyolali.

“Dulu, air sendang ini membeludak ke sungai. Orang jauh-jauh mengambil air ke sendang ini. Ada watu ampyang di dekat sendang yang sekarang digunakan untuk jual tiket masuk. Ada sesepuh dulu yang bilang kalau batu ampyang itu terguling maka air sendang tak enak diminum. Ternyata benar, batu itu terguling dan sumbernya mampet,” ujar sesepuh Desa Jatibatur, Pariman, 75, saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu siang.

Pariman melanjutkan warga desa berinisiatif untuk mengeduk sumber air itu untuk pengembangan objek wisata. Dia mengatakan sejak itu air keluar lagi dan debitnya banyak. Dia mengungkapkan air sendang ini bisa mengering kalau disedot dengan pompa air disel sebanyak tiga unit.

“Kirab tujuh tumpeng itu sebagai wujud syukur dengan sedekahan. Setelah dikirap tujuh tumpeng itu dibagikan ke pengunjung. Tujuh itu dalam bahasa Jawa pitu dan diartikan dengan pitulungan [pertolongan],” katanya.

Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Sumber Rejeki Desa Jatibatur, Gemolong, Sugiman Totok, menyampaikan rangkaian Gelaran Budaya Jatibatur merupakan peringatan setahun Objek Wisata Sendang Kun Gerit Gemolong.

Totok, sapaan akrabnya, menyampaikan pada awal pembukaan omsetnya masih kecil, sekiyar Rp150 juta per bulan. Namun, dalam perkembangannya omzet terus naik seiring dengan pengembanhan objek.

Totok menyebut sejak Desember 2022 hingga kini omzet rata-rata Rp400 jutaan per bulan. Jadi dalam setahun pertama ini, kata dia, omzet kotor total mencapai di atas Rp3 miliar.

Totok mengatakan sebagai wujud syukur setahun itulah serangkaian budaya lokal dihidupkan kembali, seperti kirab untuk menguri-uri budaya Jawa yang hampir punah. Dia mengatakan tujuh tumpeng yang dikirab itu terdiri atas tumpeng bucengan kuning dan enam tumpeng ingkung.

“Tujuh tumpeng itu simbol pitulungan Tuhan. Kirab ini belum pernah ada sebelumnya. Ke depan, kirab ini akan jadi event tahunan di Sendang Kun Gerit. Budaya Jawa itu juga sebagai sarana edukasi bagi generasi muda,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya