SOLOPOS.COM - Ketua BPS Jawa Tengah, Adhi Wiriana, memberi sambutan dalam Rakorda Sosialisasi Sensus Pertanian 2023 di The Sunan Hotel, Rabu (21/12/2022). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, SOLO — Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Jateng, Adhi Wiriana, membuka Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Sosialiasi Sensus Pertanian 2023 (ST2023) Provinsi Jawa Tengah di The Sunan Hotel Solo, Rabu (21/12/2022).

Dalam kesempatan itu, Adhi menekankan sektor pertanian sebagai berperan penting menjadi salah satu katup pengaman ekonomi Indonesia selama pandemi Covid-19.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Pada saat sebagian sektor lain tumbuh negatif, pertanian tetap tumbuh positif 13,28 persen. Ini memberikan kontribusi dalam menghambat kemerosotan ekonomi Indonesia yang secara keseluruhan pada tahun 2020 tumbuh negatif,” ujarnya.

Adhi menjelaskan kontribusi pertanian antara lain menjadi penampung tenaga kerja yang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari sektor lain dan menambah angkatan kerja baru yang masuk ke sektor pertanian.

Kepala BPS Jateng tersebut mengungkapkan sektor pertanian menjadi tumpuan low skilled labours sekaligus menjadi bantalan ketenatakerjaan selama pandemi. “Serapan tenaga kerja di sektor pertanian tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya sekitar 29,96 persen pada 2022,” jelasnya.

Baca Juga: BPS: 14.827 Keluarga di Karanganyar Masuk Kategori Sangat Miskin

Ia juga mengungkapkan dalam hal perdagangan luar negeri, ekspor produk pertanian dan olahannya merupakan penyumbang utama surplus neraca perdagangan barang Indonesia saat pandemi. Secara terperinci, ia menyebutkan pada 2020 sektor pertanian menyumbang surplus 68 persen dan 65 persen pada 2021.

Meredam Tekanan Inflasi

“Dari sisi harga, di tengah krisis pangan dan energi global, sektor pertanian memiliki peran krusial untuk meredam tekanan inflasi yang dipicu komponen pangan bergejolak,” ujar Adhi.

Ia juga menjelaskan pertanian di Jawa Tengah memiliki peranan penting seperti pada 2021 mampu menyumbang produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 9,07 persen. Tak hanya itu, sektor pertanian memberikan sumbangan tertinggi kedua setelah sektor industri terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah 2021 sebesar 13,86 persen.

Baca Juga: Kalahkan Solo, Penurunan Kemiskinan di Sragen 2022 Tertinggi Kedua di Soloraya

Selama pandemi pada 2020, lanjut Adhi, sektor pertanian juga mampu tumbuh secara positif sebesar 2,40 persen. Kemudian juga menyerap tenaga kerja tertinggi di Jawa Tengah sebesar 23,74 persen.

Kemudian, di level nasional, Kepala BPS Jateng menambahkan potensi pertanian Jawa Tengah seperti tanaman pangan berada pada level tiga besar, hortikultura memiliki kontribusi terbesar, dan peternakan berada pada posisi kedua.

Dengan potensi yang dimiliki di sektor pertanian, Adhi mengatakan hal tersebut Jawa Tengah sebagai salah satu penyangga pangan nasional atau lumbung pangan

Menurutnya, besarnya potensi sektor pertanian di Jawa Tengah menjadikan kebutuhan akan ketersediaan data pertanian yang lengkap dan komprehensif di level regional maupun level nasional sangat dibutuhkan.

Baca Juga: Cegah Inflasi Melonjak Tinggi, Sukoharjo Mulai Tanam Cabai Massal

Untuk mencari data pertanian, ia menjelaskan sesuai dengan Amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997, data statistik dasar sektor pertanian secara lengkap dan menyeluruh dikumpulkan melalui kegiatan Sensus Pertanian.

Pijakan Merancang Masa Depan Pertanian

Tak hanya itu, dia menyebutkan terdapat juga rekomendasi Food and Agriculture Organization (FAO) dan Amanat UU No 16 Tahun 1997 yang dilakukan setiap 10 tahun sekali dan pada tahun berakhiran angka 3.

“ST2023 adalah sensus pertanian ketujuh setelah diselenggarakan pertama kali oleh BPS sejak 1963. Hasil Sensus Pertanian 2023 merupakan pijakan untuk merancang masa depan atau pathways pertanian dan pangan ke depan,” kata Kepala BPS Jateng.

Lebih lanjut, Adhi mengungkapkan tujuan dari ST2023 yang pertama adalah untuk memotret perubahan struktur pertanian Indonesia dalam 10 tahun terakhir.

Baca Juga: Surplus 66.000 Ton: Boyolali Tak Perlu Impor Beras, tapi Harga Dipastikan Naik

Kemudian menyediakan kerangka sampel bagi survei-survei yang akan dilaksanakan di antara dua sensus untuk mengumpulkan statistik pertanian yang lebih terperinci. “Lalu menyediakan data yang digunakan sebagai benchmark dan rekonsiliasi statistik pertanian yang ada,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Rakorda Sosialiasi Sensus Pertanian 2023 Provinsi Jawa Tengah, Tri Karjono, menjelaskan kegiatan Rakorda dilaksanakan pada Selasa-Jumat (20-23/12/2022).

Tri mengungkapkan Rakorda Sosialisasi ST2003 Provinsi Jawa Tengah memiliki tema Mencatat Pertanian Indonesia untuk Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani. Rakorda itu melibatkan 730 orang dari BPS kabupaten/kota, dinas terkait pertanian tingkat kabupaten/kota se-Jawa Tengah.

Kemudian komunitas atau kelompok tani, akademisi, purnatugas BPS, calon Instruktur Daerah (Inda), dan media massa. Tujuan Rakorda melibatkan banyak pihak sebagai salah satu upaya penyebarluasan informasi kegiatan ST2023 yang akan dilaksanakan pada 2023, sehingga diharapkan penyelenggaraan ST2023 sukses dan menghasilkan data yang berkualitas,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya