SOLOPOS.COM - Pesepeda melintas di jalan Krisak-Nambangan, Selogiri, Wonogiri, Minggu (2/7/2017). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Volume sampah di Wonogiri meningkat.

Solopos.com, WONOGIRI — Volume sampah di kawasan kota Wonogiri saat Ramadan hingga setelah Lebaran 2017 meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan hari-hari sebelumnya. Kontribusi sampah terbesar dari Pasar Kota Wonogiri.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kabid Kebersihan dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (LH) Wonogiri, Toto Prasojo, saat ditemui di kantornya, Selasa (4/7/2017), menyampaikan volume sampah di seluruh wilayah meningkat. Namun, peningkatan paling signifikan terjadi di kawasan kota Wonogiri.

Terdapat enam tempat pembuangan sementara (TPS) di kawasan kota, yakni TPS Pasat Kota, TPS dekat Kantor DPD II Golkar, TPS Kajen, TPS belakang GOR, TPS Depo Bauresan, dan TPS Depo Alas Kethu. Volume sampah harian di seluruh TPS tersebut meningkat tajam dibanding hari normal.

Dia mencontohkan pada hari normal volume sampah di TPS Pasar Kota 2.000 kg/hari. Pada momen Lebaran sebelum dan setelah Lebaran meningkat 1.000 kg hingga 1.800 kg/hari.

Berdasar data 20-30 Juni/2017, volume sampah terbanyak terjadi pada H+2 Lebaran atau 27 Juni 2017, yakni mencapai 3.800 kg. Pada hari berikutnya mencapai 3.700 kg. “Peningkatan di TPS Pasar Kota mencapai 90 persen,” ucap Toto.

Volume sampah di TPS Kajen juga meningkat 90 persen. Pada hari normal volumenya 2.000 kg/hari. Pada momen Lebaran meningkat 500 kg-1.800 kg/hari. Peningkatan volume tertinggi terjadi pada H+1 Lebaran, yakni meningkat menjadi 3.800 kg.

Ada pun peningkatan di TPS dekat Kantor DPD II Golkar 52 persen, TPS Belakang GOR 47 persen, TPS Depo Bauresan 7,6 persen, dan TPS Depo Alas Kethu 13,5 persen.

“Sampah di beberapa TPS masih ada yang belum terangkut. Hari ini [Selasa] semuanya sudah terangkut dan dimasukkan TPA [tempat pembuangan akhir]. Saya sudah menginstruksikan petugas,” imbuh dia.

Menurut Toto volume sampah di permukiman juga meningkat kurang lebih 50 persen. Pengangkutannya menggunakan mobil pikap. Petugas sebelumnya sudah diminta agar tidak membuang sampah dari permukiman ke TPS agar sampah di TPS tidak meluber ke jalan. Instruksi tersebut dilaksanakan dengan baik, sehingga TPS di tiap lokasi tidak kelebihan kapasitas.

“Kalau di permukiman bersih, sampah dibuang pada tempatnya. Kondisi itu berkebalikan dengan di tepi jalan terutama di sepanjang tepi ruas jalan yang tak terdapat permukiman, seperti di ruas Nambangan-Krisak, Selogiri dan arah Wisata Waduk [Wisata Waduk Gajah Mungkur atau WGM],” ulas Toto.

Dia telah mengerahkan petugas untuk mengangkut sampah di dua lokasi tersebut. Volume sampah di tepi jalan Nambangan-Krisak mencapai lebih dari 2.000 kg atau 2 ton. Sedangkan sampah di tepi jalan arah Wisata WGM lebih dari 1.000 kg atau 1 ton.

Parahnya, sampah di lokasi itu banyak yang tersembunyi di semak belukar. Sampah di tepi jalan kemungkinan besar berasal dari penumpang kendaraan saat momen mudik dan balik Lebaran.

Salah satu petugas kebersihan, Sularno, mengaku jengkel karena tepi jalan banyak sampah. Hal itu menunjukkan pengguna jalan masih abai terhadap kebersihan lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya