SOLOPOS.COM - Warga beraktivitas di pinggiran rel di Stasiun Purwosari, Solo. Tempat ini biasa dijadikan lokasi nongkrong warga saat sore hari, dan di bulan Ramadhan suasana pun biasanya lebih ramai. (JIBI/SOLOPOS/Daniel Ari Purnomo)

Warga beraktivitas di pinggiran rel di Stasiun Purwosari, Solo. Tempat ini biasa dijadikan lokasi nongkrong warga saat sore hari, dan di bulan Ramadhan suasana pun biasanya lebih ramai. (JIBI/SOLOPOS/Daniel Ari Purnomo)

Kalau Anda melewati kawasan Stasiun Purwosari, Solo, pada sore hari, akan terlihat keramaian warga yang beraktivitas di tempat itu. Apalagi saat sore hari di bulan ramadhan seperti saat sekarang ini. Tiap hari mulai beranjak sore, masyarakat, mulai dari anak-anak hingga dewasa, berdatangan memadati lahan yang berada di sisi barat Stasiun Purwosari tersebut.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Meski debu bertebaran di tempat tersebut, namun masyarakat yang mendatangi lokasi itu tak menghiraukannya.Beberapa diantaranya terlihat duduk santai di rel-rel yang ada di kawasan tersebut sembari menanti melintasnya kereta api.
Sebagian dari mereka mengakui suasana tempat tersebut memang cocok untuk menghabiskan waktu senggang di sore hari atau sekadar melepas penat setelah seharian bekerja. Terlebih saat Ramadan tiba. Tempat tersebut diakui sebagai salah satu tempat di Kota Solo yang cocok untuk menunggu waktu datangnya waktu berbuka yang akrab disebut ngabuburit.

Salah satu warga, Wulan, menuturkan waktu seakan tidak terasa lama saat dia mengantar putranya, Faras menikmati hiburan gratis yakni melintasnya kereta api. “Ujug-ujug sudah Adzan Magrib. Suasananya memang enak untuk ngabuburit,” jelasnya. Meski demikian, sebelumnya dia tidak berencana mendatangi lokasi tersebut. “Ya tadi kebetulan saya dan anak saya lewat, terus anak juga ingin melihat kereta api melintas,” tuturnya.

Meski suasana di tempat tersebut nyaman untuk menanti waktu berbuka sembari mengasuh anak, namun Wulan mengungkapkan kondisi sekitar rel kereta api tanpa pembatas tersebut berbahaya. “Ya perlu perhatian dari masing-masing orangtua agar anaknya tetap aman bermain di sekitar tempat ini,” ungkap warga Tegalsari, Laweyan, tersebut.

Di sisi lain, banyaknya masyarakat yang ngabuburit di tempat tersebut tidak serta merta membawa untung lebih bagi pedagang yang saban hari berjualan di kawasan itu. Salah satu pedagang, Widia, mengatakan banyak pedagang yang memilih tutup saat pekan pertama di bulan Ramadan.

“Biasanya ada 14 pedagang angkringan di sini. Tetapi saat pekan pertama puasa, sebagian tutup. Ini ada sekitar delapan pedagang saja yang buka,” ungkap pedagang yang sudah berjualan di Gudang Semen Purwosari selama tiga tahun belakangan itu. Widia menambahkan hal ini lantaran sebagian masyarakat memilih menghabiskan waktu berbuka bersama keluarga di rumah. “Dua atau tiga hari lagi sepertinya mulai ramai. Ya semoga saja besok semakin ramai dan dagangan kami semakin laris,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya