SOLOPOS.COM - Warga menyeberang di perlintasan tanpa palang Dukuh Bakalan, Desa Boto, Kecamatan Wonosari, Klaten, Rabu (1/5/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Perlintasan sebidang kereta api atau KA tanpa palang pintu di Dukuh Bakalan, Desa Boto, Wonosari, menjadi salah satu perlintasan yang ramai dan rawan kecelakaan di Klaten. Terakhir kecelakaan KA dengan mobil terjadi di perlintasan tersebut pada Rabu (1/5/2024) siang.

Akibat kecelakaan itu, satu orang penumpang mobil meninggal dunia dan satu orang lainnya luka dan dalam kondisi kritis di rumah sakit. Berdasarkan informasi yang diperoleh Solopos.com, perlintasan itu berada di jalur yang menjadi penghubung antarkampung di Desa Boto.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Tak hanya penghubung antarkampung, jalur itu juga menjadi akses alternatif warga dari Delanggu yang hendak ke Wonosari terutama ketika jalan Pakis-Daleman padat. Pada jam-jam tertentu, ada warga setempat yang berjaga di perlintasan tanpa palang tersebut.

Warga tersebut, Sunaryo, 61, selalu stand by menjaga perlintasan tanpa palang tersebut saat hari kerja. Tugas utamanya menyeberangkan anak-anak SDN 3 Boto yang rumahnya berada di barat rel menuju sekolah yang berada di sisi timur. Selain itu, dia juga memberikan aba-aba bagi warga yang hendak menyeberang perlintasan tersebut.

“Sudah dua tahun ini. Dulu karena ada permintaan dari kepala sekolah karena siswanya ada yang rumahnya di sisi barat rel,” kata Sunaryo yang juga petugas Linmas Desa Boto saat ditemui Solopos.com di sekitar perlintasan tanpa palang pintu itu, Rabu (1/5/2024).

Sunaryo biasa menjaga perlintasan tanpa palang di Boto, Wonosari, Klaten, itu saban pagi ketika hari kerja antara pukul 06.00 WIB-08.00 WIB dengan tugas utama menyeberangkan anak-anak sekolah. Sunaryo kembali menjaga perlintasan itu mulai pukul 11.00 WIB hingga seluruh siswa pulang.

Dijaga Hanya pada Momen Tertentu

Dia menjelaskan perlintasan itu tak hanya menjadi akses warga setempat maupun penyeberangan anak sekolah. Warga dari luar wilayah pun menjadikan jalur tersebut sebagai akses alternatif, terutama para pekerja pabrik maupun warga dari luar daerah, ketika arus lalu lintas di wilayah Delanggu maupun ruas Pakis-Daleman padat.

Sunaryo mengatakan perlintasan itu saat ini tidak dijaga selama 24 jam. Hanya pada momen-momen tertentu. Selain dia yang berjaga untuk menyeberangkan anak sekolah, pada momen Lebaran maupun Natal, ada petugas Linmas setempat yang berjaga.

Dia berharap perlintasan itu segera dilengkapi palang pintu dan ada petugas jaga. Hal itu karena perlintasan itu ramai dan cukup rawan kecelakaan terutama ketika ada warga dari luar wilayah yang baru kali pertama melintas.

Warga lainnya, Ngatmi, 43, juga berharap perlintasan itu bisa segera dilengkapi palang pintu. Dia menjelaskan perlintasan itu berada di jalur alternatif yang banyak dimanfaatkan warga terutama pengendara sepeda motor.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Klaten, Supriyono, menjelaskan Pemkab sudah mengajukan izin ke PT KAI untuk menambah palang pintu di perlintasan sebidang Desa Boto, Wonosari, Klaten, tersebut. Pengajuan izin itu sudah disampaikan pemkab pada Februari 2024.

Namun, Dishub belum bisa memasang palang pintu lantaran belum mendapatkan lampu hijau alias izin dari PT KAI. “Setelah nanti ada perizinan, kami baru berani memasang palang pintu beserta fasilitas pelengkapnya sesuai standar,” kata Supriyono.

Kini, menyusul terjadinya kecelakaan antara KA dengan mobil di perlintasan tanpa palang di Desa Boto, Dishub Klaten segera berkomunikasi lagi dengan PT KAI dan berharap perizinan bisa segera diterbitkan. “Tanpa izin, kami belum bisa mengerjakan [pemasangan palang pintu],” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya