Soloraya
Rabu, 8 Maret 2023 - 15:41 WIB

Ramai Tradisi Sadranan, Harga Mawar Tabur Naik 6 Kali Lipat di Pasar Boyolali

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang mawar tabur di Pasar Boyolali Kota, Murwani, 72, merapikan dagangannya pada Rabu (8/3/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Harga mawar tabur di Pasar Boyolali Kota mengalami kenaikan hingga enam kali lipat pada momen tradisi Sadranan kali ini. Harga per ceting mawar yang biasanya hanya Rp5.000, naik jadi Rp30.000 pada Rabu (8/3/2023).

Salah satu pedagang mawar tabur, Murwani, 72, mengungkapkan harga mawar tabur memang biasanya naik pada saat ruwah atau tradisi Sadranan. “Ini harganya satu takar keranjang sudah Rp250.000 tadi pagi. Bisa jadi 10-an ceting, harganya Rp30.000 per ceting,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di lapaknya, Rabu (8/3/2023).

Advertisement

Ia menjelaskan pada Rabu hanya membawa satu keranjang berisi mawar. Menurut Murwani, pada hari biasa, satu keranjang mawar tabur harganya Rp15.000-Rp30.000.

Namun, harga mawar di Pasar Boyolali Kota sudah naik sejak sepekan yang lalu mulai dari Rp100.000 per keranjang dan akhirnya Rp250.000 per keranjang pada Rabu ini. Harga mawar tabur yang normalnya Rp5.000 per ceting, pada hari itu jadi Rp30.000 per ceting.

Advertisement

Namun, harga mawar di Pasar Boyolali Kota sudah naik sejak sepekan yang lalu mulai dari Rp100.000 per keranjang dan akhirnya Rp250.000 per keranjang pada Rabu ini. Harga mawar tabur yang normalnya Rp5.000 per ceting, pada hari itu jadi Rp30.000 per ceting.

Ia mengaku mendapatkan mawar dari tempatnya sendiri atau dari saudara yang menjual kepadanya. “Ruwahan begini memang biasanya ramai, sampai nanti tanggal 25 Ruwah, terus dua hari jelang Lebaran juga ramai. Biasanya orang-orang ziarah ke makam,” kata dia.

Murwani biasanya hanya berjualan mawar tabur tiap Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Selain hari itu, ia mengatakan mawar tabur tidak laku. Biasanya orang-orang membeli mawar saat hendak berziarah ke makam.

Advertisement

Sementara itu, pedagang mawar tabur lain, Sumi, 70, mengungkapkan biasanya hanya menjual mawar di Pasar Boyolali Kota tiap Kamis. Namun, pada tradisi Sadranan ini sudah sepekan ini ia berjualan mawar tiap hari.

Ia mengatakan harga kulakan satu keranjang mawar tabur di Boyolali Rp200.000. Padahal pada hari biasanya hanya berkisar Rp15.000 per keranjang dan termahal Rp50.000. Kemudian, Sumi menjual mawar tabur seharga Rp25.000 per ceting.

“Hari biasa Rp5.000 per ceting. Kalau biasanya ramainya itu nanti sampai sebelum padusan dan nanti sebelum Lebaran,” kata dia.

Advertisement

Sementara itu, salah satu petani mawar dari Desa Musuk, Boyolali, Wisnu Hendra, mengungkapkan terjadi kenaikan harga sejak awal bulan Ruwah. Ia memperkirakan harga tersebut akan terus naik hingga Lebaran nanti.

Hendra menjelaskan kenaikan harga terjadi karena tingginya permintaan bunga mawar tabur untuk ziarah ke makam. “Kemarin awal Ruwah harganya Rp100.000-Rp150.000 per takar [keranjang], tadi pagi sudah Rp200.000. Kalau hari biasa naik turun, tapi biasanya Rp30.000 per keranjang,” jelasnya.

Ia mengungkapkan petani mawar di Desa Musuk biasanya menjual barang dagangannya ke Pasar Drajidan di Kecamatan Musuk. “Kadang juga ada pedagang Solo cari pengepul di sini [Musuk],” kata dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif