SOLOPOS.COM - Naskah kuno Ronggowarsito dipamerkan di Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah. (Liputan6.com)

Solopos.com, SOLO — Raden Ngabehi Rangga Warsita atau dikenal dengan sebutan Ronggowarsito merupakan pujangga kenamaan dari Keraton Solo. Salah satu karya Ronggowarsito dianggap sebagai ramalan yang terkenal sampai sekarang.

Dikutip dari Wikipedia, Rabu (22/12/2021), nama asli Ronggowarsito adalah Bagus Burhan. Dia adalah anak Mas Pajangswara, cucu buyut Yasadipura II, pujangga utama Keraton Solo. Selama ini, ramalan pujangga asal Solo itu sering disejajarkan dengan Jangka Jayabaya karya Raja Kerajaan Kediri.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Baca juga: Ronggowarsito, Peramal Ulung dari Keraton Solo

Setelah kematian Yasadipura II, Ronggowarsito diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta oleh Pakubuwana VII pada tanggal 14 September 1845. Pada periode inilah kemampuan Ronggowarsito semakin terasah. Ada sejumlah karya sastra yang lahir dan sampai saat ini dikenal dengan sebutan Ramalan Ronggowarsito.

Saiki jamane jaman edan. Yen ora edan ora keduman. Sak bejo bejone wong kang edan. Isih bejo wong kang eling lan waspada (Sekarang zamannya zaman gila. Kalau enggak gila enggak dapat bagian. Seberuntung-beruntungnya orang yang gila itu, masih lebih beruntung orang yang ingat dan waspada).”

Baca juga: Inilah Penulis Ramalan Ronggowarsito dan Jayabaya

Bait di atas adalah bagian dari syair kuno bertajuk Zaman Edan karya Pujangga Jawa, Raden Ngabehi Rangga Warsito. Syair tersebut dilontarkan seiring dengan kegelisahannya terhadap kondisi masyarakat yang tidak menentu.

Syair tersebut saat ini disimpan di Museum Raya Pustaka bersama sederet karya lainnya dari Ronggowarsito yang dikira sebagai ramalan. Namun, sejatinya karya sastra tersebut konon ditulis berdasarkan keresahan yang dialami sang pujangga pada zaman itu.

Dikutip dari Liputan6.com, pengelola manuskrip Museum Radya Pustaka mengatakan, Serat Kalatidha adalah karya Ronggowarsito yang paling sering dicari. Karya sastra yang terdiri dari 12 bait tembang sinom itu ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwono IX sekitar tahun 1862-1893.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya