Soloraya
Selasa, 30 Agustus 2022 - 20:45 WIB

Ranking di Top 1.000 Anjlok, Kepala SMAN 3 Solo Ungkap Sederet Penyebabnya

Gigih Windar Pratama  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gedung SMAN 3 Solo. (sman3-slo.sch.id)

Solopos.com, SOLO — Tiga SMAN di Solo terlempar dari 100 besar daftar ranking Top 1.000 sekolah terbaik nasional berdasarkan hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2022 yang Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Negeri (LTMPT), Jumat (26/8/2022) lalu.

SMAN 1 yang tahun sebelumnya di posisi 36 turun ke posisi 110. SMAN 4 yang sebelumnya berada di posisi 93 turun ke posisi 154. Sedangkan SMAN 3 anjlok paling parah yakni dari posisi 99 ke posisi 245.

Advertisement

Berbagai spekulasi bermunculan terkait penyebab turunnya peringkat SMA-SMA negeri di Kota Solo di daftar ranking tersebut, mulai dari zonasi sekolah, kurikulum baru hingga pandemi Covid-19. Meskipun tidak dimungkiri motivasi belajar dari para siswa juga memberi pengaruh besar.

Kepala SMAN 3 Kota Solo, Agung Wijayanto, menjelaskan analisis kenapa sekolahnya yang tahun lalu menempati ranking 99 tahun ini merosot tajam menjadi peringkat 245. Ia menilai ada karakter input siswa yang berbeda di SMAN 3 dan ini memperngaruhi ranking berdasar hasil UTBK.

Advertisement

Kepala SMAN 3 Kota Solo, Agung Wijayanto, menjelaskan analisis kenapa sekolahnya yang tahun lalu menempati ranking 99 tahun ini merosot tajam menjadi peringkat 245. Ia menilai ada karakter input siswa yang berbeda di SMAN 3 dan ini memperngaruhi ranking berdasar hasil UTBK.

“Karakteristik input siswa SMAN 3 memang sangat berbeda, ada yang prestasinya sangat menonjol, ada yang tertinggal. Sehingga ketika 150-an siswa terbaik masuk jalur SNMPTN dan PMDK, maka yang berkompetisi di SBMPTN melalui UTBK notabanenya adalah murid yang bukan kategori berprestasi,” ulasnya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (30/8/2022).

Baca Juga: Pengamat Pendidikan Solo: UTBK Tak Semestinya Jadi Patokan Ranking Sekolah

Advertisement

“Lulusan tahun 2022 ini praktis tidak terlalu banyak mendapatkan treatment dari guru karena sistem yang masih daring, juga tidak ada anggaran untuk mempersiapkan program-program UTBK. Ditambah motivasi berprestasi siswa yang rendah, sedikitnya berdampak pada daya juang guru untuk mengoptimalkan siswa,” ulasnya.

Zonasi

Terkait aturan zonasi, Agung menjelaskan kini semua SMA negeri di Solo punya potensi yang sama. Sudah tidak ada lagi sekolah favorit. Terbukti dengan meningkatnya ranking SMA negeri Solo yang dulunya tidak diminati orang tua siswa.

Baca Juga: SMA Swasta Soloraya Makin Bersinar, Disdik Jateng Sebut karena Programnya Bagus

Advertisement

“Zonasi bagi pemerintah kini menjadikan sekolah rata dan favorit, terbukti dengan hasil Olimpiade Sains Nasional [OSN] Kota Solo, di mana semua SMA negeri kini bisa mengirim delegasi. Ini tidak bisa dimungkiri karena input yang baik sudah tersebar. Penurunan peringkat sekolah yang dulu difavoritkan juga bersamaan dengan meningkatnya peringkat sekolah-sekolah yang kurang diminati masyarakat,” jelasnya.

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Provinsi Jawa Tengah, Suratno, yang ditemui Solopos.com pada Senin (29/8/2022), juga menampik jika turunnya ranking SMAN Solo yang dulu favorit di daftar Top 1.000 karena zonasi.

“Kami belum melakukan kajian untuk ranking hasil UTBK tersebut, tetapi itu adalah hal yang biasa [naik turun ranking SMA]. Setiap angkatan memiliki potensi dan keunggulannya masing-masing dan itu bukan masalah, mungkin sekolah lebih tahu mengenai murid-murid. Mengenai ranking ini jelas penting karena ini akan menjadi acuan untuk masuk perguruan tinggi,” ucapnya.

Advertisement

Baca Juga: Ranking SMAN Solo Anjlok di Top 1.000 Sekolah Terbaik, Disdik Jateng Evaluasi

Disdik Jateng akan melakukan evaluasi terkait menurunnnya ranking SMA negeri tersebut. Evaluasi akan dibahas bersama seluruh kepala sekolah untuk mencari tahu penyebab dan solusi terbaik untuk kemajuan pendidikan.

“Sekali lagi kami masih belum melakukan kajian terkait hasil tersebut, tetapi kami akan bertemu dengan kepala sekolah untuk mencari tahu seperti apa yang terjadi. Apakah ada pengaruh dari aturan zonasi atau bahkan kurikulum yang saat ini berbeda menjadi faktornya. Kami akan cari tahu dan membahas dengan pihak sekolah,” lanjutnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif