Solopos.com, WONOGIRI — Warga Desa Sambiroto, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, menutup acara tradisi rasulan atau bersih desa dengan pertunjukan wayang semalam suntuk, Selasa (13/6/2023).
Warga bahkan rela iuran demi bisa nanggap wayang kulit yang sekaligus menjadi pesta rakyat desa tahunan itu. Pantauan Solopos.com, Rabu (14/6/2023) dini hari, pertunjukan wayang rasulan digelar di area parkir objek wisata Air Soka Nandi, Desa Sambiroto.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Ribuan warga tampak antusias menonton pertunjukan wayang dalam rangka rasulan itu. Area parkir itu dipadati manusia. Bahkan jalan desa terpaksa ditutup karena penonton membeludak sampai ke jalan.
Pertunjukan wayang dalam rangka rasulan itu menyedot perhatian warga desa, puluhan pedagang makanan, mainan, dan jasa permainan anak pun berjejer di sepanjang jalan depan Balai Desa Sambiroto, Wonogiri. Penonton wayang yang didalangi Cahyo Kuntadi itu lebih banyak dari kalangan perempuan.
Mereka duduk di tepi dan depan panggung. Tak jarang di antara mereka menonton dengan mengajak anaknya. Warga betah menonton wayang hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Malam itu, benar-benar menjadi malam milik warga Desa Sambiroto.
Kepala Desa Sambiroto, Sukatmo, mengatakan rasulan merupakan tradisi tahunan yang sudah turun-temurun digelar selepas panen raya pada masa tanam kedua. Rasulan sebagai bentuk sedekah bumi sekaligus bersih desa, baik membersihkan desa secara fisik maupun nonfisik, yaitu membersihkan desa dari malapetaka atau kemalangan.
Sukatmo menyebut ada dua kegiatan inti dalam tradisi rasulan di Desa Sambiroto, yaitu ritual ngublak sumber dan pertunjukan wayang semalam suntuk. Dalam menggelar pertunjukan wayang, warga rela iuran Rp120.000/keluarga.
Pesta Rakyat Desa
Iuran nanggap wayang saat rasulan itu sudah disepakati seluruh warga Desa Sambiroto, Wonogiri, dan tanpa paksaan. Bahkan justru warga lah yang menginginkan hal itu agar rasulan selain menjadi sedekah bumi juga menjadi pesta rakyat desa.
Malam itu, dalang Cahyo Kuntadi asal Karangnyar membawakan lakon wayang Wahyu Sandang Pangan. Sukatmo menjelaskan lakon itu sengaja dibawakan untuk menjadi doa bagi warga desa agar dimudahkan dalam mencari sandang-pangan, diberi keberkahan, dan rukun.
“Ini pestanya rakyat. Mereka sendiri yang menggelar ini. Warga di lima dusun di Desa Sambiroto datang ke sini, bareng-bareng, menonton bersama,” kata Sukamto saat ditemui Solopos.com di lokasi acara tersebut, Rabu malam.
Dia melanjutkan pertunjukan wayang menjadi puncak acara rasulan, karena selain dinilai memiliki kesakralan, juga masih diminati betul semua kalangan warga di Desa Sambiroto, Wonogiri, dan sekitarnya. Mereka berbondong-bondong dari dusun masing-masing menonton sejak mulai hingga selesai pertunjukan pada dini hari.
Salah satu warga Desa Sambiroto, Suyito, mengatakan rasulan menjadi waktu yang ditunggu-tunggu warga Desa Sambiroto. Sebab pada hari itulah mereka bisa berkumpul dengan warga lain, menyaksikan wayang kulit yang dibayar dari kantong warga sendiri secara iuran.
“Warga di sini itu, mau muda, tua, laki-laki, atau perempuan, masih senang nonton wayang. Mereka ke sini benar-benar mau menonton wayang. Ini setiap tahun pasti ramai seperti ini. Ibarat kata, ini pesta rakyat desa,” kata Yito.
Warga, lanjut dia, tidak mempermasalahkan iuran. Mereka justru merasa senang karena turut berkontribusi dalam menggelar pertunjukan wayang di desa. Hal itu terbukti dengan banyaknya warga yang datang menonton pertunjukan wayang itu.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
