SOLOPOS.COM - Pengiriman bantuan 30.000 liter air bersih di Dukuh Losari dan Ngasinan, Desa Garangan, Kecamatan Wonosamodro, Boyolali, Sabtu (5/8/2023). (Istimewa/Komunitas Nogosari Peduli)

Solopos.com, BOYOLALI — Komunitas Nogosari Peduli mengirimkan 30.000 liter air untuk membantu warga yang terdampak kekeringan dan krisis air bersih di dua dukuh Desa Garangan, Kecamatan Wonosamodro, Boyolali, Sabtu (5/8/2023).

Kegiatan tersebut dalam rangka kepedulian kepada warga yang mengalami kesulitan air bersih. Warga dua dukuh tersebut menyambut bantuan air bersih tersebut dengan mewadahi air ke dalam jeriken-jeriken dan botol galon.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Warga kemudian membawa galon-galon itu pulang ke rumah masing-masing. Ketua Komunitas Nogosari Peduli, Bambang Harjanto, menjelaskan kegiatan pengiriman bantuan 30.000 liter air tersebut dilaksanakan di Dukuh Losari dan Dukuh Ngasinan, Desa Garangan, Wonosamodro.

Ia menjelaskan komunitasnya mendapatkan permintaan bantuan air bersih ke dua desa yang terdampak kekeringan dan krisis air bersih di Boyolali itu. Di Dukuh Ngasinan ada sekitar 200 keluarga yang menerima air bersih sedangkan di Dukuh Losari ada sekitar 150 keluarga.

“Sebenarnya mau mengirim ke Desa Bengle, Wonosamodro, hanya waktu pengiriman kemarin [Sabtu] ada perbaikan jalan. Jadi tidak memungkinkan menjangkau ke sana,” ungkap dia kepada Solopos.com, Minggu (6/8/2023).

Bambang menjelaskan dana untuk pemberian bantuan air bersih tersebut berasal dari iuran anggota Komunitas Nogosari Peduli sebanyak 22 orang. Selain itu, beberapa donatur juga memberikan sumbangan untuk pembelian air bagi warga Losari dan Ngasinan.

Ia menjelaskan ini adalah kali ketiga komunitasnya mengirimkan bantuan air bersih ke Boyolali utara yang terdampak kekeringan dan krisis air. Sebelumnya, Komunitas Nogosari Peduli juga pernah mengirimkan air bersih Desa Jatilawang dan Desa Bengle, Kecamatan Wonosamodro.

“Dulu pernah kami dua kali mau mencoba membuat sumur bor, tapi yang keluar malah gas. Akhirnya sementara kami memberikan bantuan langsung berupa air bersih,” kata dia.

Bambang berharap air yang dikirimkan komunitasnya dapat berguna bagi masyarakat. Sekaligus ia berharap semoga ada solusi untuk masalah kekeringan dan krisis air bersih yang dialami warga wilayah Boyolali utara.

Ia mengungkapkan selain kegiatan pengiriman air bersih, Komunitas Nogosari Peduli juga melaksanakan kegiatan sosial lain seperti sunatan massal gratis serta santunan anak yatim.

Kemarau Tahun Ini Dinilai Lebih Parah

“Komunitas kami tumbuh pada 2020, pada saat Covid-19, ada warga yang meninggal pagi tapi sampai sore tidak terurus. Akhirnya kami mengurus pemakamannya,” kata dia.

Sementara itu, salah satu warga Ngasinan, Syaifudin Zuhri, berterima kasih kepada Komunitas Nogosari Peduli yang telah mengirimkan bantuan air bersih untuk dirinya dan tetangganya. Ia mengungkapkan setiap warga yang datang mendapatkan rata-rata 10 jeriken air bersih.

Ia menilai musim kemarau dan krisis air bersih di Boyolali utara pada 2023 ini lebih parah dibandingkan pada 2022. Zuhri menjelaskan pada 2022, walaupun musim kemarau masih ada hujan yang akhirnya mengisi sumur.

Ada dua sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan air warga di Ngasinan. Akan tetapi, sumur tersebut tidak cukup memenuhi kebutuhan warga sehingga warga yang tinggal di sekitar sumur sekalipun susah mencari air. “Jadi lokasi kami itu seperti di puncak batok kelapa. Kami harus turun dulu sekitar 500 meter untuk mencair air,” kata dia.

Dalam sehari, ia menjelaskan rata-rata warga membutuhkan sekitar 5-10 jeriken air untuk masak dan mandi. Terlebih, bagi warga yang mempunyai hewan ternak juga membutuhkan air bersih.

Pada masa krisis air bersih, beberapa warga di wilayah Boyolali utara itu naik sepeda motor dan menenteng jeriken di sisi kanan-kiri menuju air belik hasil menggali tanah di dataran rendah. Bahkan ibu-ibu juga menggendong jeriken ketika mencari air bersih.

“Biasanya yang laki-laki bisa tiga sampai empat kali, bahkan lebih, dalam sehari [mencari air di belik]. Kalau ibu-ibu itu biasanya menggendong sekali, jadi sekalian cuci baju terus pulang bawa air. Itu ke sumber airnya dari belik di dataran rendah, di situ kan menyimpan air waktu musim hujan,” kata dia.

Ia mengatakan warga juga telah berusaha membuat sumur dalam akan tetapi belum membuahkan hasil. Ke depan ia berharap ada dermawan yang turut membantu membuatkan sumur bor bagi warga setempat sehingga tidak perlu jauh-jauh mencair air ke daerah bawah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya