Solopos.com, SOLO– Ratusan orang memberikan penghormatan saat jenazah dokter Lo Siauw Ging atau dikenal dokter Lo diantar ke Krematorium Delingan, Karanganyar, untuk dikremasi, Kamis (11/1/2024) pukul 14.00 WIB.
Pantauan Solopos.com, ratusan orang itu adalah keluarga, kerabat, hingga siswa SMK Warga Solo di Rumah Duka Thiong Ting, Kecamatan Jebres, Solo.
Mereka mengikuti misa sebelum jenazah diantarkan ke Delingan, Karanganyar. Istri dokter Lo, Gan May Kwee, mendapatkan ucapan belasungkawa dari para pelayat.
Ratusan murid SMK Warga Solo membentuk barisan sebagai tanda hormat saat mobil jenazah berangkat. Ada juga sejumlah murid dan warga membawa poster. Salah satunya bertulis Selamat Jalan Pahlawan Kemanusiaan.
Ratusan murid SMK Warga Solo membentuk barisan sebagai tanda hormat saat mobil jenazah berangkat. Ada juga sejumlah murid dan warga membawa poster. Salah satunya bertulis Selamat Jalan Pahlawan Kemanusiaan.
Salah satu murid Kelas X SMK Warga Solo Refael Mika menejelaskan warga sekolah diarahkan untuk ke Rumah Duka Thiong Ting. Namun, Refael mengenal dokter Lo yang punya jiwa sosial.
“Saya tahu dokter ini menolong warga Solo dan sekitarnya. Memberikan obat gratis, menolong pasien yang kekurangan, memiliki jasa yang baik, bisa dikenang banyak orang,” kata dia kepada Solopos.com.
“Kami bisa membantu banyak orang dan berkontribusi untuk bangsa seperti yang dilakukan dokter Lo. Di manapun berada bisa berguna untuk banyak orang,” ungkap dia.
Pengageng Parentah Keraton Solo K.G.P.H. Adipati Dipokusumo menjelaskan dokter Lo akrab dengan keluarga Keraton Solo. Dokter Lo bersama masyarakat keturunan Tionghoa pernah dijamu Pakubuwono XII di Sasana Mulya, Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo.
“Setelah itu kami melakukan komunikasi terus. Kegiatan beliau di bidang kesehatan dibutuhkan masyarakat. Jiwa sosialnya bisa diteladani masyarakat dan dokter,” ujar dia.
Wakil Ketua Umum Perkumpulan Masyarakat Surakarta Sumartono Hadinoto menjelaskan Lo Siauw Ging meninggal dunia Selasa. Jenazah disemayamkan di Thiong Ting selama tiga hari sebelum dikremasikan di Delingan, Karanganyar.
“Budaya Tionghoa meninggal dunia janazahnya disemayamkan ganjil, tiga hari, lima hari, tujuh hari, bahkan sembilan hari. Yang diberkahi anak-anaknya sekolah di luar negeri, luar pulau, bisa ditunggu. Sekarang dunia digital, yang di luar negeri naik pesawat cepat, jadi disemayamkan tiga atau lima hari,” ujar dia.