Soloraya
Selasa, 12 Maret 2013 - 15:00 WIB

Ratusan Peserta Ikuti Prosesi Mahesa Lawung

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah peserta khusuk mengikuti ritual Mahesa Lawung di Alas Krendhowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Senin (11/3/2013). (Iskandar/JIBI/SOLOPOS)


Sejumlah peserta khusuk mengikuti ritual Mahesa Lawung di Alas Krendhowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Senin (11/3/2013). (Iskandar/JIBI/SOLOPOS)

KARANGANYAR–Sekitar 500 peserta mengikuti prosesi ritual Mahesa Lawung dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Alas Krendhowahono, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar.

Advertisement

Mereka terdiri atas para kerabat dan abdi dalem keraton dan sebagainya.

“Kami sengaja membatasi peserta hingga hanya 500 orang. Karena kalau tidak dibatasi kendaraan tidak bisa menampung,” ujar Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Kasunan Surakarta, KP Winarno Kusumo ketika memberi keterangan kepada para wartawan di Alas Krendhowahono, Senin (11/3/2013).

Menurut dia ritual ini dilaksanakan seperti biasanya untuk meminta keselamatan pada Yang Maha Kuasa agar terbebas dari segala gangguan mara bahaya. Selain itu ritual yang digelar setiap tahun pada akhir Jumadilakhir [bulan penanggalan Jawa] hari Senin atau Kamis ini juga untuk memeringati perpindahan Keraton Kasunanan Surakarta dari Kartasura ke Desa Sala.

Advertisement

Karena itu pada ritual ini pihaknya membawa berbagai macam sesaji di antaranya kepala kerbau untuk ditanam di alas tersebut. Winarno menjelaskan penanaman kepala kerbau atau Mahesa Lawung ini juga bisa untuk membentengi agar masyarakat kalis dari pengaruh jahat.

Bukan hanya itu, katanya, ritual penanaman kepala kerbau itu juga merupakan simbol pemberantasan kebodohan. Dalam budaya Jawa, papar dia, jika menyebut orang bodoh ada yang mengumpamakan dengan sindiran.

Bodho longa-longo kaya kebo [orang bodoh seperti kerbau]. Karena itu kebodohan harus disingkirkan. Dalam hal ini hewan kerbau yang dianggap bodoh, kepala, darah, jerohan kerbau yang masih muda dan belum kawin atau yang kotor-kotor lainnya harus ditanam [dikubur], agar kita tidak ketinggalan zaman,” papar dia.

Advertisement

Sementara itu Kepala Dusun Krendhowahono, Sumarso, 57, mengatakan di Alas Krendhowahono dengan luas area kira-kira 5.000 meter persegi terdapat sejumlah tempat yang dikeramatkan. Di antaranya watu gilang, ringin putih atau Kijing Wahono, sendang putri dan sebagainya.

Tempat ini dulu juga dipercayai sebagai tempat Pengeran Diponegoro beristirahat sambil mengatur strategi melawan penjajah Belanda. Hingga kini tempat tersebut masih dikeramatkan sejumlah warga sehingga beragam pepohonan di alas itu masih lestari.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif