SOLOPOS.COM - SDN 4 Pare di Selogiri, Wonogiri, menjadi salah satu sekolah yang minim murid di Wonogiri. Foto diambil Jumat (23/6/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Ratusan sekolah dasar atau SD negeri di Wonogiri memiliki jumlah murid kurang dari 60 anak dari kelas I hingga kelas VI. Di sisi lain, SD swasta malah memiliki lebih dari 100 murid.

Pada penerimaan peserta didik baru atau PPDB tahun ajaran 2023/2024 ini juga masih ada SD negeri di Kota Sukses yang hanya mendapat kurang dari 10 murid baru kelas I. SD negeri yang kekurangan murid itu rata-rata berlokasi di daerah pinggiran seperti di Keloran dan Pare, Kecamatan Selogiri.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Minimnya populasi anak usia SD di wilayah sekitar sekolah dinilai menjadi penyebab utama minimnya jumlah murid  baru yang mendaftar pada PPDB. Di sisi lain, banyak sekolah swasta di Wonogiri mendapatkan calon peserta didik baru hingga puluhan anak.

Salah satu SD negeri di Wonogiri yang mendapatkan calon peserta didik baru kurang 10 anak yaitu SDN 3 Keloran, Selogiri. Kepala SDN 3 Keloran, Sarmin, kepada Solopos.com, Jumat (23/6/2023), mengatakan pada PPDB 2023 ini hanya ada empat calon peserta didik baru yang mendaftar di sekolahnya.

Hal itu dia maklumi lantaran jumlah lulusan TK di desa itu tercatat hanya 12 anak. Sementara di desa yang sama ada tiga SD negeri.  “Lulusan TK-nya tidak banyak, sudah begitu dibagi tiga sekolah, yaitu SDN I, SDN II, dan SDN III. Jadi memang populasi anak usia masuk SD di Keloran ini sedikit,” kata Sarmin.

Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Selogiri tersebut mengungkapkan kondisi semacam itu sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Pada tahun lalu, pendaftar di SDN 3 Keloran juga kurang dari 10 anak. Pada tahun ajaran 2022/2023 jumlah total siswa di sekolah itu dari kelas I-VI sebanyak 22 siswa. 

“Kemudian tahun ini tiga siswa sudah lulus, dan calon peserta didik baru ada empat. Berarti sekarang ada 23 siswa,” ujar dia.

Minim Kelompok Usia Subur

Menurut dia, kondisi yang hampir serupa juga terjadi di dua SD negeri lain di Desa Keloran, Selogiri, Wonogiri. Berdasarkan data pokok pendidikan, SDN I dan SDN II Keloran total jumlah siswa pada tahun ajaran tahun lalu masing-masing sebanyak 21 anak dan 44 anak. 

Kepala SDN IV Pare, Selogiri, Wonogiri, Kasino, juga mengungkapkan hal serupa. Jumlah anak usia masuk SD yang minim menjadi penyebab jumlah pendaftar di sekolahnya sedikit dari tahun ke tahun. Pada PPDB 2023 ini, jumlah pendaftar di SDN IV Pare hanya enam anak.

Angka itu naik dibandingkan jumlah pendaftar pada tahun lalu yang hanya dua anak. “Apalagi lokasi SDN IV Pare ini paling pinggir dibandingkan dengan SD negeri lain di Pare,” kata Kasino.

Dia menjelaskan populasi anak lulusan TK di sekitar SD Negeri IV Pare, Selogiri, Wonogiri, sangat sedikit. Warga yang berdomisili di sekitar sekolah pun banyak yang tidak masuk dalam kelompok usia subur. Kondisi itu pun sudah berlangsung dari tahun ke tahun di SDN IV Pare. 

Di sisi lain, Kasino mengatakan meski jumlah siswa SDN IV Pare hanya segelintir selama beberapa tahun terakhir, hal itu bukan berarti sekolah tersebut bisa digabung dengan sekolah lain. Selama ini, SDN IV Pare mewadahi anak-anak yang berdomisili di pinggiran Selogiri. 

“Ada dusun yang jarak dengan sekolah terdekatnya itu SDN IV Pare sampai empat kilometer. Anak-anak di dusun itu, biasanya kalau SD larinya ke sini,” ucap dia.

Kasino melanjutkan jika SDN IV Pare digabung dengan SDN lain, maka berpotensi menyebabkan anak tidak sekolah di dusun-dusun pinggiran. 

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Gino, menyampaikan ada ratusan SD negeri yang mempunyai murid kurang dari 60 anak di Wonogiri. Artinya sekolah tersebut minim pendaftar.

Sarana dan Prasarana Sekolah

Sekolah-sekolah yang memiliki siswa kurang dari 60 sulit mendapatkan dana alokasi khusus dari pemerintah pusat untuk meningkatkan sarana dan prasarana (sarpras) sekolah. Akibatnya, sarpras di sekolah itu terbatas.

Di sisi lain, tidak mudah menggabungkan sekolah yang sedikit siswa dengan sekolah lain. Ada syarat-syarat yang harus terpenuhi dan perlu analisis yang mendalam.

Syarat itu antara lain sekolah tersebut secara berturut selama tiga tahun hanya ada segelintir pendaftar dan jarak antar sekolah yang mau digabung dekat.

“Kondisi ini, menyebabkan sekolah yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya. Maka saya sudah berpesan kepada sekolah-sekolah, terutama yang siswanya lebih dari 60, kalau bisa jangan sampai kehilangan siswa. Sebab kalau sudah jatuh, bangkitnya lagi susah,” kata Gino. 

Sementara itu, dia mengakui banyak pula orang tua yang memilih untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta. Hal itu bisa dipahami karena sekolah-sekolah swasta memberikan tawaran program yang banyak. 

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan Kementerian Kebudayaan Riset dan Teknologi, banyak sekolah swasta yang memiliki siswa jauh lebih banyak dibandingkan SD negeri. Misalnya di Kecamatan Selogiri, ada dua SD swasta.

Masing-masing sekolah swasta itu memiliki siswa lebih dari 150 anak. Sementara dari 29 SDN di Selogiri hanya ada tujuh SDN yang memiliki siswa dari 100 anak. Kemudian sebanyak 15 SD di antaranya memiliki siswa di bawah 60 anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya