Ratusan Warga Kebakkramat Batuk-Batuk karena Terdampak Polusi Batu Bara

Solopos.com, KARANGANYAR — Ratusan jiwa warga di Dusun Dingin, Desa Kemiri, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar terdampak polusi udara dari abu pembakaran batu bara pabrik di wilayah setempat.

Mereka mengeluhkan batuk-batuk akibat polusi udara tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sebagai bentuk protes, warga memasang spanduk beragam tulisan di antaranya “Kami Butuh Udara Segar Bukan Polusi, Polusi Bukan Bencana Polusi Itu Kejahatan, Jangan Matikan Kami dengan Debu Batu Bara, Selamat Datang Wisata Seribu Abu”.

Spanduk tersebut dipasang tersebar di wilayah tersebut.

Warga setempat, Agus Supardi mengatakan masalah limbah pabrik terutama polusi udara dari pembakaran batu bara sudah terjadi beberapa tahun terakhir.

Di dua tahun lalu, warga sudah mengeluhkan persoalan itu. Polusi udara ini parahnya terjadi saat musim kemarau seperti sekarang.

“Sudah mediasi tahun lalu dan tahun ini. Tapi sampai saat ini belum ada perbaikan, bahkan semakin parah polusi yang ditimbulkan,” kata dia kepada Solopos.com, Senin (28/8/2023).

Dia mengatakan polusi udara itu ditimbulkan dari pembakaran batu bara pabrik di sana.

Dampaknya berupa debu abu yang bertebaran ke rumah-rumah warga. Selain itu bagi kesehatan banyak warga yang mengeluhkan sakit batuk.

Namun untuk memastikan dampak kesehatan ini, masih perlu dilakukan pengecekan oleh tim kesehatan.

Yang jelas, dia mengatakan warga mengeluhkan batuk karena polusi udara tersebut.

Warga kini tengah menanti janji dari pihak manajemen pabrik yang akan memperbaiki cerobong asap pembakarannya. Hal ini sesuai dengan hasil mediasi terakhir pada Juli lalu.

“Kami memberikan waktu sampai Rabu (30/8/2023) besok. Kalau masih belum ada perubahan, maka kami akan melakukan aksi,” kata dia.

Selain perbaikan cerobong asap, dia menambahkan pihak pabrik akan memberikan kompensasi bagi warga terdampak.

Namun bentuk kompensasi ini masih belum final. Pihak pabrik dan warga belum ada titik temu untuk kompensasi tersebut.

Dia berharap pihak manajemen pabrik bisa menyelesaikan persoalan polusi udara yang ditimbulkan.

“Harus ada solusi. Kami tidak ingin masalah ini terus terjadi dan dampaknya akan berakibat fatal bagi warga,” pintanya.