SOLOPOS.COM - Ilustrasi, Kekeringan (dok-Solopos.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri menyebut ada tujuh kecamatan yang masih rawan kekeringan sehingga membutuhkan bantuan air bersih saat kemarau.

Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Trias Budiono, kepada Solopos.com, Minggu (19/3/2023), mengatakan tim BPBD Wonogiri bersama sukarelawan sudah mulai memverifikasi dan melakukan asesmen wilayah-wilayah yang berpotensi terdampak kekeringan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Data sementara ada tujuh kecamatan di Wonogiri yang berpotensi terdampak kekeringan saat kemarau. Tujuh kecamatan itu meliputi Paranggupito, Pracimantoro, Eromoko, Giritontro, Kismantoro, Baturetno, dan Giriwoyo.

Pemetaan itu sebagai dasar BPBD Wonogiri dalam upaya mitigasi dan penanganan daerah rawan kekeringan. BPBD sudah bekerja sama dengan sukarelawan untuk mengirimkan air bersih ke tempat-tempat yang terdampak kekeringan di tujuh wilayah tersebut.

“Yang penting penyediaan air bersih itu yang menjadi perhatian kami. Apalagi berdasarkan ramalan [BMKG] kemarau datang lebih awal dan akan berlangsung lama,” ucap mantan Kepala Bidang Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Wonogiri itu.

Berdasarkan catatan Solopos.com, mayoritas wilayah rawan kekeringan itu merupakan wilayah dengan karakter tanah dan batuan karst. Selain itu beberapa desa di wilayah Wonogiri selatan tidak memiliki sumber air dan kerap mengalami krisis air saat musim kemarau.

Mereka bergantung dengan air hujan. Tidak jarang warga di daerah rawan kekeringan Wonogiri itu harus membeli air saat kemarau. Kendati begitu, jumlah desa yang kesulitan air saat ini sudah berkurang.

Penyediaan Air Bersih

Di Paranggupito, beberapa desa sudah mendapatkan akses air bersih saat kemarau karena sudah ditemukan sumber mata air. Bagi desa yang masih mengandalkan air hujan, BPBD akan memberikan kiriman bantuan menggunakan truk tangki air.

Selain itu, biasanya ada program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan juga turut membantu dalam penyediaan air bersih bagi warga terdampak kekeringan. “Yang jelas nanti kami asesmen lagi bersama sukarelawan, mengecek lapangan agar tahu daerah mana saja yang rawan kekeringan di Wonogiri,” ujar Trias.

Sebelumnya diberitakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun ini datang lebih cepat. Pada Maret 2022 ini merupakan masa transisi peralihan musim tersebut. Sedangkan kemarau di beberapa wilayah dimulai April.

Selain itu, BMKG juga mengungkapkan musim kemarau 2023 di Jateng bakal lebih kering dibanding periode 2020-2022. Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun BMKG Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko, kepada Solopos.com, Senin (13/3/2023), mengatakan pada periode 2020, 2021, dan 2022, Jateng masih mengalami kemarau basah.

“Secara umum, musim kemarau dimulai Mei. Tapi di Jateng, ada juga yang sudah berlangsung sejak April dan ada pula yang baru mulai Juni. Saat kemarau nanti, sudah kembali normal [bukan kemarau basah],” kata Iis.

Iis menerangkan mayoritas daerah di 35 kabupaten/kota di Jateng memulai kemarau pada Mei. Khusus di kawasan pesisir, musim kemarau diperkirakan sudah dimulai saat April. Sedangkan di kawasan pegunungan, seperti di Gunung Slamet dan sekitarnya bakal memulai musim kemarau pada Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya