Soloraya
Selasa, 15 November 2011 - 21:34 WIB

Rawan konflik, P3A desak perbaikan saluran primer irigasi diprioritaskan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Sukoharjo (Solopos.com) – Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air (GP3A) Desa Kepuh, Daleman, dan Pondok, Kecamatan Nguter, Sukoharjo mendesak perbaikan kerusakan saluran primer sumber air irigasi areal persawahan setempat diprioritaskan. Hal itu mengingat kerawanan munculnya konflik antarpetani.
Advertisement

Ketua GP3A Desa Kepuh, Daleman, dan Pondok, Sukardi, menyebutkan kerusakan saluran membuat petani resah karena sulit mendapatkan air untuk kebutuhan irigasi tanaman. Dia mengatakan selama ini petani tidak diperbolehkan bertindak sendiri karena dikhawatirkan terjadi gesekan atau benturan.

“Persoalan air Darmatirta (P3A) yang bergerak, petani tidak boleh mengambil langkah sendiri karena rawan dan bisa memicu gesekan. Kami harapkan kondisi seperti ini mendapat perhatian pemerintah agar masalahnya tak berlarut-larut,” paparnya kepada Espos, Selasa (15/11/2011).

Sukardi memaparkan saluran primer yang rusak di Desa Kepuh mengairi areal persawahan seluas 380 hektare di tiga desa, meliputi Kepuh 270 hektare, Daleman 27 hektare, serta Pondok 83 hektare. Dia juga menyampaikan kerusakan saluran terjadi sekitar dua tahun terakhir dan terus bertambah parah.

Advertisement

Mengenai kebocoran saluran, dikemukakan air yang hilang dan terbuang sia-sia mencapai sekitar 70-an persen. Namun menurut Sukardi, belum lama ini petani tiga desa melakukan perbaikan swadaya untuk solusi jangka pendek dan berhasil menekan kebocoran air hingga hanya sekitar 20-an persen.

“Saat ini sudah lumayan. Tetapi perbaikan sifatnya darurat sesuai kemampuan petani sehingga tetap dibutuhkan penanganan instansi terkait. Penambalan terbatas lokasi yang bocornya besar,” tegasnya.

Dikemukakan, saluran primer yang mengairi persawahan di Kepuh, Daleman, serta Pondok memiliki panjang sekitar 1.250 meter dan menginduk dari Colo Timur. Kerusakan sebenarnya telah dilaporkan dalam berbagai kesempatan, namun sampai saat ini belum ada penanganan untuk perbaikan saluran.

Advertisement

Terpisah salah seorang petani di Kepuh, Yanto, 31, menyatakan kerusakan saluran sudah dikeluhkan di desanya. Terlebih ketika musim kemarau, pemilik sawah dengan jarak yang jauh dari saluran harus bersabar untuk mendapat air sampai kebutuhan irigasi petani di hulu saluran lebih dulu tercukupi.

“Bukan cuma satu-dua, seluruh petani mengeluhkan kerusakan saluran yang membuat air bocor dan terbuang kemana-mana. Paling kasihan petani yang sawahnya di bawah karena otomatis mendapat airnya paling belakangan, kadang-kadang malah tidak sampai ke sawah mereka,” ujarnya.

try

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif