SOLOPOS.COM - Suasana warung makan Rawon Penjara Bu Har. Para pengunjuk nampak menikmati hidangan. Foto diambil Sabtu (26/8/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO — Warung makan Rawon Penjara Bu Har di Jl. Slamet Riyadi No.16, Kampung Baru, Pasar Kliwon, Solo, selalu ramai pembeli. Sejak pagi, warung ini sudah dipenuhi oleh rombongan pengunjung yang datang silih berganti.

Warung ini memang spesial karena berhasil mempertahankan resep turun temurun yang sudah ada sejak tahun 1970-an. Kuahnya yang kental berwarna kecokelatan dan rasanya yang gurih membuat lidah tidak tahan untuk segera mencicipi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dalam satu porsi rawon seharga Rp15.000, sudah termasuk tambahan daging sapi yang empuk. Rawon ini cocok untuk dinikmati untuk sarapan, makan siang, atau sore hari.

Warung ini kini dikelola oleh generasi ketiga, Jaya Rupi Novemi. Perempuan muda ini baru dua tahun menggantikan ibunya, Hariyati, yang memutuskan untuk pensiun.

Resep rawon ini sebenarnya berasal dari kakek Jaya, Karso Wijoyo. Awalnya, Karso berjualan di samping Bank Mandiri Solo, lalu pindah di timur Rumah Tahanan Negara (Rutan) Solo karena dekat dengan rumah.

“Dulu kakek saya jualannya kan Bakmi Populer Pak Karso, tapi terus usaha bakmi dikasih ke pakde. Eyang saya terus jual rawon, soto, dan sambal goreng,” kata Jaya kepada Solopos.com, Sabtu (26/8/2023).

kuliner legendaris solo
Rawon di warung makan Rawon Penjara Bu Har. Foto diambil Sabtu (26/8/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Resep rawon itu diturunkan kepada Hariyati, ibu Jaya. Sejak warung itu buka, Bu Har, begitu sapaan Hariyati, turut membantu meracik bumbu. Jaya juga sudah diajari memasak rawon oleh ibunya sejak masih sekolah. Dia bahkan sering membantu di dapur.

“Diajari masak rawon, pokoknya tidak boleh ngowahi bumbu, harus asli. Kluwek tidak pakai kecap, tidak pakai apa-apa,” kata Jaya.

Dia menyebut tidak ada resep rahasia untuk membuat rawon yang enak. Menurutnya, cukup dengan menggunakan kluwak yang kental, maka rawon akan terasa lebih gurih.

“Saya menghabiskan kluwak itu sehari bisa lima kilogram, kalau [pedagang] yang lain mungkin encer. Yang membedakan dengan yang lain juga, di sini tauge ambil sendiri sesuai selera, mau banyak dan sedikit bisa,” kata Jaya.

Nama Rawon Penjara Bu Har ternyata diberikan oleh Bondan “Maknyus” Winarno. Nama itu diberikan agar lebih menjual.

Saat ini, warung ini menawarkan tiga opsi untuk pembeli, yaitu makan di tempat dengan kuah jadi satu, kuah dipisah, atau dibungkus untuk dibawa pulang.

Untuk makan di tempat dengan kuah jadi satu, harganya Rp15.000. Jika dibawa pulang, harganya Rp20.000. Untuk kuah dipisah, harganya Rp23.000.

“Kuah dipisah lebih mahal karena dagingnya kan lebih banyak,” kata Jaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya