Jarum jam menunjuk angka 01.09 WIB saat Solopos.com datang ke Mapolres Wonogiri, Kamis (26/7/2012). Di selasar beberapa polisi berbincang-bincang dengan rekannya untuk menghalau lapar. Berjarak sekitar 30 meter, di sudut halaman Mapolres berderet melingkar anggota polisi yang lain. Mereka usai Salat Zuhur dan mendengarkan tausiah.
Terik matahari memang terasa panas siang itu sehingga berdiam diri di masjid Mapolres Wonogiri di Pencil, Kelurahan Wuryorejo, Wonogiri cukup teduh. Keteduhan itu bermakna lain bagi lima pasang tak remsi yang masuk losmen.
Kondisi berbeda dengan masjid terlihat di ruang Kasat Sabhara. Sepuluh orang berlainan jenis duduk berdampingan membentuk lima pasang. Mereka menunduk. Saat Solopos.com masuk, si perempuan tanpa diberi aba-aba menutup wajahnya sedang si laki-laki tetap menundukkan wajah. Seketika itu, Kapolres Wonogiri, AKBP Ni Ketut Swastika mengatakan, tak perlu menunduk ketika orang lain datang.
Kondisi berbeda dengan masjid terlihat di ruang Kasat Sabhara. Sepuluh orang berlainan jenis duduk berdampingan membentuk lima pasang. Mereka menunduk. Saat Solopos.com masuk, si perempuan tanpa diberi aba-aba menutup wajahnya sedang si laki-laki tetap menundukkan wajah. Seketika itu, Kapolres Wonogiri, AKBP Ni Ketut Swastika mengatakan, tak perlu menunduk ketika orang lain datang.
“Mestinya kalian itu malu saat berduaan di losmen tadi. Bukan dengan orang lain ini. Berbuat selingkuh saja tak malu kok menatap orang lain malu,” ujar Kapolres.
Tak hanya itu, Kapolres mengaku miris karena empat di antaranya masih mahasiswi dan mahasiswa. Mereka ditangkap polisi saat berada di beberapa losmen di Wonogiri.
Tiga pasang selingkuh lainnya, adalah Surati, 47, warga Pondoksari, Kecamatan Nguntoronadi kedapatan berduaan di losmen bersama pasangannya, Suliyo, 46, warga Belikrejo, Kecamatan Nguntoronadi. Juga Fauziah Nor L, 18 dengan Yanuar I, 17, keduanya warga Semin, Kabupaten Gunungkidul, DIY dan Supapto, 32 dengan Noryanti, 31, keduanya warga Sidoharjo. Noryanti mengaku janda baru dua bulan.
Kapolres mengaku prihatin karena yang lain berlomba mencari pahala namun kelima pasang selingkuh mencari dosa. “Silakan menelepon orangtua atau famili agar bisa pulang lagi ke rumah. Selama belum datang orangtua atau famili tetap akan ditahan.”
Mendengar cerita itu, tangis pun terdengar. Air mata menetes di pipi para wanita tersebut. “Tidak usah mengeluarkan air mata buaya. Apalagi bagi perempuan berjilbab. Jangan dipakai kedok jilbab itu. Biar orangtua atau famili tahu bahwa kelakukan kalian di luar rumah seperti ini,” ujar Kapolres.
Isak tangis dari Rezania pun semakin keras ketika ayahnya datang. Dia terus-menerus menunduk dan membenamkan mukanya ke tas ransel yang dibawa. “Dia (Rezania) belum pulang ke rumah, baru dari Semarang (tempat kuliah),” ujar ayah Reza.
Kapolres menegaskan, razia terus dilakukan walau bukan Ramadan. “Kami sudah memberikan pembinaan, baik moral maupun etika berpacaran karena berganti-ganti pasangan itu berisiko tinggi terkena penyakit. Kalau perempuan sekali rusak ya rusak seterusnya, berbeda dengan laki-laki.”
Lima pasang selingkuh itu melengkapi enam pasang selingkuh yang ditangkap sebelumnya.